Jakarta (Lampost.co) — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintahan Prabowo-Gibran kembali menjadi sorotan publik. Salah satu komponennya, susu, disebut bukan keputusan spontan, melainkan hasil dari kajian ilmiah mendalam dan kebijakan berbasis bukti.
Poin Penting:
-
Susu dalam program MBG atas dasar pada kajian ilmiah dan kebijakan berbasis bukti.
-
Kandungan susu mendukung pertumbuhan tulang, otak, dan imunitas anak usia sekolah.
-
Program MBG membuka pasar stabil bagi peternak lokal, memperkuat ekonomi desa.
Tim Pakar Bidang Susu Badan Gizi Nasional (BGN) sekaligus Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu Fakultas Peternakan IPB, Prof. Epi Taufik, menegaskan keputusan memasukkan susu dalam menu MBG atas dasar prinsip gizi seimbang dan kebutuhan tumbuh kembang anak Indonesia.
Susu Jadi Komponen Penting
Menurut Epi, berbagai panduan makan (dietary guidance) di negara maju, seperti Malaysia, Jepang, dan Tiongkok selalu menempatkan susu sebagai komponen wajib dalam menu anak sekolah. Di Indonesia, pedoman isi piringku dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan prinsip B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman) dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menegaskan hal serupa.
Baca juga: Menkeu Purbaya Melawan Luhut, Tetap Tarik Dana MBG Tak Terserap
“Susu adalah paket gizi lengkap yang mengandung 13 zat gizi esensial, termasuk protein, kalsium, dan vitamin D. Semua nutrisi ini sangat penting untuk pertumbuhan tulang, perkembangan otak, dan daya tahan tubuh anak sekolah,” ujar Epi dalam keterangan resmi, Minggu, 12 Oktober 2025.
Ia juga menjelaskan anak usia 9—12 tahun mengalami masa percepatan pertumbuhan atau peak growth velocity, di mana kebutuhan energi dan nutrisi meningkat signifikan. “Kalsium dari makanan harian hanya memenuhi sekitar 7—12 persen kebutuhan. Tambahan susu membantu menutup kekurangan tersebut agar pertumbuhan anak lebih optimal,” katanya.
Dampak Ekonomi Positif bagi Peternak Lokal
Tak hanya berdampak bagi kesehatan anak, kehadiran susu dalam program MBG juga memberikan efek ekonomi berantai. Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menjelaskan aturan minimal 20 persen kandungan susu segar dalam produk MBG membuka peluang besar bagi peternak rakyat di berbagai daerah.
“Susu dalam MBG tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga menghidupkan ekonomi desa. Peternak lokal kini memiliki pasar yang stabil dan berkelanjutan,” kata Khairul.
Ia juga menambahkan program Makan Bergizi Gratis merupakan bagian dari 8 program Hasil Terbaik Cepat pemerintahan Prabowo-Gibran. Salah satu fokus utamanya adalah pemberian makan siang dan susu gratis bagi anak sekolah dan santri di seluruh Indonesia.
MBG Jadi Gerakan Nasional Gizi Seimbang
Khairul menegaskan BGN akan terus memastikan pelaksanaan MBG berlandaskan gizi seimbang, transparansi, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Selain menekan angka stunting, harapannya program juga mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat berbasis pangan lokal.
“MBG bukan hanya program gizi, tetapi juga wujud nyata komitmen pemerintah membangun generasi sehat, kuat, dan cerdas. Setiap gelas susu yang anak-anak sekolah minum adalah investasi masa depan bangsa,” ujarnya.
Ia juga menyatakan susu dalam MBG adalah simbol perubahan besar: dari kebijakan gizi menjadi gerakan nasional untuk mencerdaskan bangsa.