Bandar Lampung (Lampost.co) — Kekalahan telak 5-1 dari Australia menjadi pukulan keras bagi Timnas Indonesia. Padahal, sebelumnya tim ini sedang menunjukkan perkembangan positif di bawah asuhan Shin Tae-yong. Namun, keputusan kontroversial PSSI yang memecat Shin Tae-yong dan menggantinya dengan Patrick Kluivert justru berbuah petaka.
Kini, nasib Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia justru semakin sulit dan tanggung jawab besar itu ada di pundak Ketua PSSI Erick Thohir dan pelatih baru Patrick Kluivert.
Shin Tae-yong adalah sosok yang membawa harapan baru bagi sepak bola Indonesia. Di bawah arahannya, Timnas menunjukkan peningkatan signifikan, baik dari segi permainan maupun mental bertanding.
Keputusan mendepaknya di tengah tren positif jelas menimbulkan tanda tanya besar. Apa urgensi dari pergantian itu dan mengapa tidak membiarkannya hingga kualifikasi selesai? Keputusan ini tampaknya lebih politis daripada teknis sehingga hasilnya kini pun terlihat dengan timnas kehilangan stabilitas dan arah permainan.
Keputusan itu pun ternyata masih belum bisa masyarakat terima meski telah dua bulan berlalu. Hal itu terlihat dari suporter Indonesia yang menyaksikan pertandingan Timnas kualifikasi piala dunia di Australia justru meneriakkan nama Shin Tae-yong daripada menyemangati Patrick Kluivert.
Sementara itu, Patrick Kluivert, meskipun memiliki nama besar sebagai pemain, masih minim pengalaman sebagai pelatih kepala di level internasional. Alih-alih membawa angin segar, strateginya tampak tidak sesuai dengan karakter pemain Indonesia.
Hasilnya, Timnas Indonesia bermain tanpa koordinasi yang jelas dan kewalahan menghadapi lawan sekelas Australia. Pergantian pelatih secara tiba-tiba mengacaukan ritme permainan yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Padahal seharusnya pergantian pelatih itu bisa memberikan strategi dan taktik kejutan di pertandingan pertama sehingga memberikan kemenangan. Namun, tidak untuk kondisi yang di bawa Patrick Kluivert bersama tim kepelatihannya.
Sang pelatih pun hanya bisa memberikan tatapan dari pinggir lapangan sambil berpangku tangan. Tapi, tidak ada yang tahu tatapan itu sambil berpikir keras terkait strategi dan taktiknya atau justru hanya tatapan kosong dan kebingungan.
Tanggung Jawab Erick Thohir
Sementara itu, Erick Thohir sebagai Ketua PSSI harus bertanggung jawab atas keputusan itu. Sepak bola bukan hanya soal nama besar, tetapi juga kesinambungan dan strategi jangka panjang.
Jika keputusannya justru merusak fondasi yang sudah terbangun, maka perlu ada evaluasi mendalam. Jangan sampai kepentingan politik dan ego lebih diutamakan dibanding masa depan sepak bola Indonesia.
Kekalahan dari Australia seharusnya menjadi alarm bagi PSSI untuk segera berbenah. Jika Timnas masih ingin menjaga asa ke Piala Dunia, maka harus ada perubahan signifikan dalam strategi dan manajemen.
Patrick Kluivert harus segera membuktikan dirinya mampu membawa Timnas ke jalur yang benar atau PSSI harus berani mengambil keputusan besar untuk menyelamatkan situasi.
Harapan masyarakat Indonesia terhadap Timnas begitu besar dan keputusan keliru seperti itu hanya akan menurunkan kepercayaan publik terhadap PSSI.
Jika tidak ada perbaikan segera, bukan hanya Piala Dunia yang akan semakin jauh dari genggaman, tetapi juga kepercayaan para pemain dan suporter yang lama menanti kebangkitan sepak bola Indonesia.