Jakarta (Lampost.co) — Ilmuwan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Sinar Gamma Fermi milik NASA mengidentifikasi gelembung misterius di atas dan di bawah galaksi Bima Sakti.
Hal itu sebagai struktur itu terbentang sepanjang 25.000 tahun cahaya dan hanya terlihat melalui emisi sinar gamma.
Penemuan Gelembung Fermi menarik perhatian para astronom. Mereka hingga kini terus mempelajari asal usul dan sifat energi tinggi yang memancar dari gelembung tersebut.
Memiliki tepian yang jelas dan simetri unik, struktur itu terbentuk melalui pelepasan energi yang cepat. Namun, penyebab pasti munculnya struktur itu masih menjadi misteri bagi komunitas ilmiah.
Gelembung Fermi pertama kali terlihat setelah menghilangkan kabut sinar gamma yang ada di sekitar wilayah tersebut. Kabut itu terdiri dari partikel berenergi tinggi yang berinteraksi dengan gas, debu, dan cahaya di Bima Sakti. Sehingga, membuat pengamatan Gelembung Fermi menjadi tantangan tersendiri.
Salah satu hipotesis yang muncul menyatakan struktur itu bisa jadi jejak dari aktivitas lubang hitam supermasif di pusat galaksi, yaitu Sagitarius A.
Menurut teori, materi yang tersedot lubang hitam, seperti awan gas, bisa keluar kembali dalam bentuk pancaran energi tinggi yang menyebabkan terbentuknya Gelembung Fermi.
Ada juga teori lain yang menyebutkan angin bintang dan supernova di sekitar pusat galaksi menghasilkan energi untuk memunculkan gelembung ini.
Beberapa peneliti beranggapan energi dari pembentukan bintang di pusat galaksi dapat memicu angin bintang, yang secara langsung berkontribusi pada penciptaan struktur ini.
Dalam sebuah penelitian 2023, ilmuwan dari Tokyo Metropolitan University (TMU) menunjukkan angin dari lubang hitam supermasif mampu memberikan energi besar pada gas sekitarnya. Sehingga, memicu terjadinya gelombang balik yang menghasilkan Gelembung Fermi.
Temperatur Tinggi
Studi yang Monthly Notices of the Royal Astronomical Society publikasikan mencatat model simulasi numerik dan memprediksi temperatur tinggi di area gelembung.
Meskipun temuan itu menguatkan teori tentang pembentukan Gelembung Fermi, asal usulnya tetap belum pasti. Kompleksitas fenomena antargalaksi dan kehalusan struktur ruang angkasa menjadi tantangan besar bagi ilmuwan untuk mengumpulkan data yang lebih akurat.
Kurangnya konsensus ilmiah ini mendorong berbagai observatorium untuk terus mengamati pusat galaksi guna mencari data yang lebih dalam.
Selain itu, teknologi teleskop canggih yang akan datang dapat mengungkap lebih banyak detail tentang fenomena misterius itu. Sekaligus menambah pemahaman manusia mengenai evolusi galaksi kita.