• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • E-Paper
Minggu, 01/06/2025 09:32
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS
No Result
View All Result
Home Opini

Pilkada Serentak Bonus Bagi Pemenang

Bila kita menghayati dan merenung sejenak, maka paslon yang terpilih dalam pilkada serentak 2024, hakikatnya ibarat mendapat bonus dari budaya politik pemilih

Triyadi Isworo by Triyadi Isworo
25/11/24 - 21:33
in Opini
A A
Dosen Komunikasi Politik Universitas Lampung, Nanang Trenggono. Dok Unila

Dosen Komunikasi Politik Universitas Lampung, Nanang Trenggono. Dok Unila

Bandar Lampung (Lampost.co) – Apa makna Pilkada Serentak tahun 2024 di Sai Bumi Ruwa Jurai ini? Sebuah topik yang perlu dikaji kembali, secara bersama dari kacamata kritis. Hampir sebagian besar aktivis, pengamat, atau partisipan hanya terfokus pada pasangan calon (paslon) yang akan dipilih sebagai pemenang. Bagaimana sudut pandang signifikan yang perlu dikemukakan di sini?

 

Pemilih Budiman

Kajian yang bertumpu pada paslon, adalah khas model Harold D. Lasswell (1948), perspektif tertua dan paling berpengaruh di dunia komunikasi politik. Analisis bertumpu semata-mata pada komunikator ini mengekspos tiga sudut: pathos (paslon piawai menggugah emosi/perasaan), ethos (tindak tanduknya etis), dan logos (memiliki kinerja yang faktual).

 

Jadi, penampilan atau performan dibangun sedemikian rupa membentuk citra paslon itu hero, pemimpin amanah, memberi harapan, atau menjanjikan. Sebenarnya, di era internet dan gadget saat ini, cara pandang Lasswell sudah (agak) dilupakan. Karena, di akhir abad 20, pendekatan deskripsi dan prediksi ini, sudah mendapat tantangan dari para pemikir makna. 

 

Pendekatan makna, memandang yang dimaksud mengetahui adalah memahami. Bahkan, David Deutsch dalam The Fabric of Reality (2023), menegaskan suatu prediksi – bahkan prediksi universal yang sempurna – tidak bisa menggantikan peran pemahaman.

 

Lalu, riset di Departemen Komunikasi UI 70% S1, 80% S2, dan 90% S3 beralih menggunakan pendekatan kualitatif (Mulyana, 2007). Dan, pada hari jadi ke-75 tahun International Communication Association (ICA) digelar konperensi internasional di Denver Colorado AS, pada 12-26 Juni 2025 dengan tiga tema: Disrupting and Consolidating: (a) peran akademisi dalam transformasi sekaligus stabilisasi; (b) penelitian tidak linier tapi mengandung dua aspek perubahan cepat sekaligus konsolidasi; dan (c ) studi komunikasi sebagai disiplin disrupted (mengganggu, perubahan radikal) dan resilient (pegas, elastis).

Oleh karena itu, pilkada serentak 2024 perlu menelaah dari sudut pandang berbeda, yaitu memahami pemilih, masyarakat pemilik hak pilih, atau sang pemilik kedaulatan. Dalam hal ini, bisa digunakan pendekatan partisipasi Miriam Budiarjo tentang cara berpartisipasi. Bila, digunakan definisi Huntington, jauh dari fakta empiris, bahkan definisi yang moderat dari Nie & Verba bahwa “partisipasi sebagai kegiatan pribadi warganegara yang legal untuk memengaruhi seleksi pejabat negara,” tidak terjadi secara intensif, maka pemilih menjadi subjek-subjek yang budiman.

 

Forum Publik

Dalam piramida partisipasi, yang tergolong aktivis seperti pejabat publik, pimpinan partai politik, pemimpin kaum kepentingan atau penyokong dana, organisasi masyarakat sipil, bahkan mahasiswa memberi peluang luas kepada siapa saja paslon dan berasal dari mana saja untuk mengikuti dan berkompetisi pada pilkada serentak 2024. Mahasiswa dengan santun membuka forum dialog tanpa kritik-kritik pedas. Kelompok organisasi sipil dan organisasi wartawan memberi dukungan pilkada damai. Forum-forum publik sepi dari kritik tajam kepada para paslon baik di provinsi maupun 15 kabupaten dan kota.

 

Forum kampanye debat terbuka, cenderung dikemas oleh perumus dan panelis bukan pola debat dinamis, lebih sebagai forum mengemukakan ide, menyampaikan penjelasan di hadapan massa pemilih melalui media, atau tanya jawab yang terukur hati-hati antara moderator dengan paslon atau antarpaslon.

 

Hanya di satu dua kabupaten debat berjalan dinamis layaknya panggung debat publik. Dari kelompok-kelompok masyarakat tidak ada gugatan atau konfirmasi pada kelayakan paslon atau kepatutan menjadi calon pemimpin, baik sebagai petahana maupun pada penantang. Koalisi-koalisi yang dikosntruksi sebagai kekuatan pemenangan, cenderung ditampilkan sebatas slogan atau hadir saja sebagai pendukung setia.

 

Sebaliknya, penampilan paslon ada kecenderungan menyuguhkan diri di panggung drama turki yang menggugah perasaan, takut salah, basa basi, defensif, normatif, bahkan menolak perdebatan. Tidak mencuat sebuah perdebatan yang konstruktif, adu argumentasi dengan dasar-dasar pemikiran rasional, atau saling kritik sebagai feed back yang direspon cerdas dan ilustratif. Ada kecenderungan saling tenggang rasa, senjang sebagai forum debat optimal agar pemilih bisa mempertimbangkan pilihan masak kepada paslon yang memiliki visi, misi dan program menjanjikan.

 

Masyarakat sudah memiliki kematangan sebagai pemilih otonom. Bahkan sikap masyarakat pemilih menerima paslon dari unsur apa saja baik petahana maupun penantang dengan setara. Menggambarkan kebaikan hati warga untuk bersilaturahmi dengan paslon sebagai calon pemimpin yang akan dipilihnya. Bagi pemilih, yang dalam lapisan piramida partisipasi politik, jumlahnya paling besar menunjukkan perilaku moderat, menjaga persatuan, tidak menolak kehadiran paslon, ikut bergembira dalam pesta demokrasi yang disediakan paslon. Mereka tidak pilih-pilih kepada paslon tertentu, dan menolak paslon yang lainnya. Gambaran ini mencerminkan sebuah kematangan berdemokrasi.

 

Bonus Sang Pemenang

Merenungkan perilaku yang ditampilkan pemilih, menunjukkan budaya partisipasi politik yang sehat. Oleh karena itu, pada hari pemungutan suara pada Rabu, 27 November 2024, dan selanjutnya proses perhitungan perolehan suara, unsur-unsur utama yang terlibat baik penyelenggara maupun peserta pilkada serentak sungguh-sungguh mengingat masyarakat pemilih yang sudah menampilkan kultur demokrasi yang dijiwai oleh semangat harmoni, gotong royong, silaturahmi, dan menjaga persatuan.

 

Semua elemen, penyelenggara pilkada, peserta, aparatur pemerintah, TNI, dan Polri, serta unsur-unsur kelembagaan lain yang berkepentingan sungguhsungguh bersikap jujur, bersih dan adil. Tidak ada lagi perilaku yang mengedepankan ego, tinggi hati, merasa paling memiliki otoritas, atau ingin menang sendiri pada pilkada serentak 2024 kali ini. Kemajuan-kemajuan dan praktek-praktek baik (positif) yang sudah muncul ke permukaan, terus dirawat dan dipupuk bersama-sama. 

 

Terjadinya persoalan, kasus ekstrem, gejolak atau kegaduhan diletakkan sebagai blessing in disguise, atau bencana menjadi berkah, agar semua unsur penyelenggara memiliki persepsi kohesi bersama-sama, waspada, dan tekad kuat menghasilkan pilkada serentak yang berintegritas. Akhirnya, bila kita menghayati dan merenung sejenak, maka paslon yang terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, atau walikota dan wakil walikota dalam pilkada serentak 2024, hakikatnya ibarat mendapat bonus dari budaya politik pemilih. Sekali pun, jangan dilupakan kebaikan hati masyarakat ini.

 

Opini Oleh: 

Nanang Trenggono

Dosen Homebase Program Studi Magister Ilmu Komunikasi (Mikom)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

 

Tags: DOSENFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikFISIPMagister Ilmu KomunikasiMikomNanang TrenggonoOpiniPILKADAProgram StudiUniversitas Lampung
ShareSendShareTweet

Berita Lainnya

ilustrasi yang datang dan yang pergi

Yang Datang dan yang Pergi

by Isnovan Djamaludin
25/05/2025

DALAM hidup, selalu ada satu kenyataan yang tidak pernah berubah: segala sesuatu datang dan pergi. Entah itu orang, pekerjaan, musim...

infrastruktur

KPBU: Infrastruktur Daerah Terbangun, Penatausahaan Harus Terjaga

by Mustaan
23/05/2025

Saring SuhendroPeneliti Keuangan Publik BELAKANGAN ini, banyak pemda mulai tertarik pada cara baru membangun infrastruktur tanpa harus mengajukan utang atau...

kompetensi

Transposisi Didaktis dan Transformasi Kompetensi Inti dalam Pembelajaran Matematika

by Mustaan
23/05/2025

Widyastuti, S.Pd.., M.Pd.Dosen Pendidikan Matematika, Universitas Lampung dan Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia FENOMENA di dunia maya yang merepresentasikan...

Load More
Facebook Instagram Youtube TikTok Twitter

Affiliated with:

Informasi

Alamat 
Jl. Soekarno – Hatta No.108, Hajimena, Lampung Selatan

Email

redaksi@lampost.co

Telpon
(0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi)

Sitemap

Beranda
Tentang Kami
Redaksi
Compro
Iklan
Microsite
Rss
Pedoman Media Siber

Copyright © 2024. Lampost.co - Media Group, All Right Reserved.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS

Copyright © 2024. Lampost.co - Media Group, All Right Reserved.