• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • E-Paper
Jumat, 13/06/2025 16:47
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS
No Result
View All Result
Home Opini

Transposisi Didaktis dan Transformasi Kompetensi Inti dalam Pembelajaran Matematika

Jangankan untuk khawatir pada fantasi akan adanya seorang siswa kelas sembilan yang dapat menyelesaikan soal aljabar rumit tetapi kesulitan menghitung diskon di supermarket

Mustaan by Mustaan
23/05/25 - 14:20
in Opini, Pendidikan
A A
kompetensi

Dok/Medcom

transformasi kompetensi
Widyastuti, S.Pd.., M.Pd.
Dosen Pendidikan Matematika, Universitas Lampung dan Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

FENOMENA di dunia maya yang merepresentasikan kegelisahan pada generasi emas sempat menjadi perbincangan tidak hanya pada platform online bahkan hingga pada ruang-ruang diskusi pendidik. Jangankan untuk khawatir pada fantasi akan adanya seorang siswa kelas sembilan yang dapat menyelesaikan soal aljabar rumit tetapi kesulitan menghitung diskon di supermarket. Kegelisahan lebih mengarah pada pudarnya makna pengetahuan matematika. Pertanyaan seperti mengapa konsep matematika sederhana sulit terpahami siswa, apakah harus menyalahkan pembelajaran jenjang sebelumnya. Atau apakah teknologi dan AI turut melemahkan keinginan berpikir kritis, menjadi refleksi perlunya transformasi cara memandang dan mengajarkan matematika di sekolah. Pembelajaran matematika berkaitan erat dengan kurikulum dan hakikat matematika sebagai sistem pengetahuan.

Terlepas dari perubahan kurikulum dari masa ke masa serta paradigma yang mengiringinya, hakikat matematika sebagai pengetahuan relatif tetap, sementara keluasan dan kedalaman konsepnya berubah.

Untuk itu, pendidik perlu merencanakan transposisi didaktis, bukan hanya mengikuti kurikulum secara pasif.

Seiring pergeseran paradigma pendidikan, kompetensi inti matematika kini mencakup lima aspek utama: (1) numerasi kontekstual, yang tidak hanya berhenti pada hitungan dasar, tetapi juga interpretasi, estimasi, dan pengambilan keputusan dalam kehidupan nyata; (2) proses dan praktik matematika seperti penalaran, representasi, komunikasi, koneksi, kemampuan berpikir, dan pemecahan masalah, yang mengacu pada kerangka internasional seperti PISA dan NCTM; (3) literasi data dan statistika yang terintegrasi sejak dini dalam pembelajaran sebagai respons terhadap era digital yang mendorong siswa berpikir kritis dan analitis;

(4) pemodelan matematika, yaitu kemampuan menyederhanakan fenomena nyata ke dalam bentuk matematis, melibatkan pemilihan asumsi, dan evaluasi solusi, yang semuanya relevan dengan tantangan dunia kerja dan kehidupan; dan (5) berpikir algoritmik dan literasi teknologi sebagai fondasi berpikir komputasional dan jembatan ke arah sains data dan teknologi.

Kelima aspek ini membentuk dasar kompetensi masa depan, relevan dalam pembelajaran maupun kehidupan.

Untuk mencapainya, transposisi didaktis menjadi kunci: transformasi pengetahuan matematis dari bentuk ilmiah ke bentuk yang dapat membuat siswa paham. Proses tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, namun juga melibatkan peran matematikawan, pengembang kurikulum, dan penulis buku teks. Peran peneliti juga penting untuk menilai kesesuaian proses ini dan memberikan masukan bagi guru.
>

Transposisi didaktis bukan sekadar menyampaikan pengetahuan, tetapi memahami dari mana konsep berasal, bagaimana konsep tersebut berkembang, dan bagaimana keterkaitannya dengan berbagai cabang ilmu. Guru perlu mengkaji buku teks dan referensi ilmiah bukan hanya untuk memvalidasi, tetapi untuk memahami konsep secara struktural serta keterurutannya sebagai bagian dari sistem pengetahuan lokal maupun global.

Dalam teori Chevallard, transposisi didaktis terdiri dari dua tahap: transposisi eksternal dan internal. Transposisi eksternal dilakukan oleh perancang kurikulum dan penulis buku, mengadaptasi konsep matematika ilmiah menjadi “knowledge to be taught” yang sesuai dengan kompetensi inti.

Misalnya, KI tentang pemecahan masalah dapat menjadi terjemahan melalui kasus kontekstual dari teori aljabar abstrak. Transposisi internal dilakukan oleh guru yang mengubah “knowledge to be taught” menjadi “taught knowledge” melalui aktivitas pembelajaran sesuai indikator kompetensi. Pada arah sebaliknya, kompetensi inti sebagai panduan utama dalam proses transposisi. Yakni melalui pemilihan materi esensial, penyesuaian tingkat kompleksitas, dan integrasi nilai.

Namun, implementasi di lapangan menghadapi tantangan. Beberapa langkah strategis pendidik untuk penguatan transposisi cara mengajar dalam rangka merespon transformasi kompetensi inti pada kurikulum seperti melalui.

  • Penguatan komunitas belajar:

    Guru perlu terdorong membentuk kelompok belajar lintas sekolah untuk berbagi praktik dan tantangan. Kelompok-kelompok profesi ini tentunya telah terinisiasi melalui adanya MGMP maupun komuniatas profesi. Namun, spesialisasi komunitas belajar guru yang saling tersinergi perlu juga menjadi perhatian. Agar pekerjaan konstruksi pengetahuan ini menjadi gotong rotong bersama. Dengan memanfaatkan best practice, expertism, dan meminimalisir trial error berulang pada proses transposisi. 

  • Perbaikan Kesenjangan Konsep dan Ketergantungan pada Buku Teks:

    Kesulitan guru dalam mentransposisikan materi abstrak (seperti fungsi kuadrat) menjadi aktivitas sesuai KI serta penggunaan buku teks yang belum sepenuhnya selaras dengan KI terbaru, menyebabkan misalignment antara tujuan kurikulum dan implementasinya. Hal ini memerlukan perbaikan melalui sinergi berbagai pihak. 

  • Redesain asesmen

    : Sistem evaluasi pembelajaran harus mendorong asesmen formatif dan autentik yang menilai proses berpikir, bukan hanya jawaban akhir. Jawaban tepat dan cepat perlu pengimbangan dengan pengukuran kemampuan siswa dalam memberikan justifikasi dari pernyataan solusi yang hadir dari siswa. 

  • Optimalisasi teknologi dalam memperluas ruang belajar

    : Teknologi dapat menjadi jembatan dalam menyediakan bahan ajar adaptif, simulasi numerasi, dan juga kolaborasi guru. Tetapkan porsi teknologi untuk terlibat dalam belajar siswa, serta percepat adaptasi kompetensi guru terhadap teknologi pembelajaran yang berkembang saat ini. Agar tanggung jawab pembelajaran tidak berserah kepada teknologi. Serta peran teknologi sebagai alat eksplorasi, serta memberikan validasi dan justifikasi dapat optimal.


Transformasi pendidikan matematika bukan revolusi instan, melainkan proses bertahap yang selaras dengan perubahan paradigma dan standar pembelajaran nasional. Hubungan antara kompetensi inti dan transposisi didaktis bersifat simbiotik—kompetensi inti sebagai arah, transposisi sebagai sarana pencapaiannya. Sinergi antara perancang kurikulum, penulis buku teks, dan guru menjadi kunci keberhasilan.

 

Jika seluruh pemangku kepentingan berkomitmen, pendidikan matematika Indonesia akan menghasilkan generasi yang tidak hanya mampu menyelesaikan soal. Tetapi berpikir matematis dalam kehidupan nyata. Pembelajaran harus membentuk pemahaman yang berkembang menjadi keyakinan logis, menstimulasi berpikir kreatif, dan komunikatif. Yakni, tanpa menghilangkan esensi matematika sebagai sistem pengetahuan yang utuh. Justifikasi yang utuh dari suatu konstruksi pengetahuan matematika juga perlu difasilitasi untuk membentuk belief system yang berlandaskan kebenaran.

ShareSendShareTweet

Berita Lainnya

IAIN Metro jadi Universitas

IAIN Metro Resmi Berganti Status Menjadi Universitas

by Sri Agustina
10/06/2025

Metro (Lampost.co)--Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kota Metro resmi beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Jurai Siwo (Jusi) Lampung....

Sejumlah jalan rusak menjadi pemandangan rutin warga di Kabupaten Pringsewu. Foto:Dok/Lampost.co

Jalan Rusak, Anggaran Bocor: Ironi Infrastruktur Pringsewu

by Nur
10/06/2025

Annisa Karimah, Mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi Universitas Lampung JALAN bukan sekadar aspal dan batu kerikil yang terbentang dari satu titik...

Dirreskrimum Polda Lampung Kombespol Pahala Simanjuntak/Dok Lampost.co

Polda Lampung Periksa Saksi Terkait Dugaan Penganiayaan Diksar Mahepel Unila

by Sri Agustina
04/06/2025

Bandar Lampung (Lampost.co)--Polda Lampung segera memeriksa sejumlah saksi terkait dugaan penganiayaan dalam kegiatan Diksar Unit Kegiatan Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan...

Load More
Facebook Instagram Youtube TikTok Twitter

Affiliated with:

Informasi

Alamat 
Jl. Soekarno – Hatta No.108, Hajimena, Lampung Selatan

Email

redaksi@lampost.co

Telpon
(0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi)

Sitemap

Beranda
Tentang Kami
Redaksi
Compro
Iklan
Microsite
Rss
Pedoman Media Siber

Copyright © 2024. Lampost.co - Media Group, All Right Reserved.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS

Copyright © 2024. Lampost.co - Media Group, All Right Reserved.