Banda Lampung (Lampost.co) — Kenaikan harga RAM komputer yang terus meroket dalam beberapa bulan terakhir memicu protes dari komunitas gamer global. Di berbagai forum dan platform media sosial, para gamer menyerukan boikot pembelian RAM sebagai bentuk kekecewaan karena harga dianggap melambung tanpa kendali.
Seruan boikot itu muncul setelah banyak pengguna PC menilai produsen memori sengaja mengalihkan stok. Mereka melakukannya untuk memenuhi permintaan besar dari perusahaan kecerdasan buatan (AI). Industri AI saat ini dikabarkan menjadi konsumen terbesar chip memori. Reuters pada November 2025 melaporkan Samsung Electronics menaikkan harga chip memori hingga 60 persen. Ini disebabkan lonjakan kebutuhan dari pusat data AI dan server berskala besar. Kondisi ini membuat ketersediaan RAM untuk konsumen PC rumah bertambah ketat. Akibatnya, tidak dapat memenuhi permintaan pasar.
Situasi tersebut juga ditegaskan oleh laporan Tom’s Hardware. Laporan tersebut menyebut permintaan tinggi untuk memori bandwidth besar. Hal ini menyebabkan pasokan DRAM tradisional untuk PC menyusut. Fokus industri lebih banyak diarahkan pada memori kelas server dan data center. Memori ini memiliki nilai jual lebih tinggi dibanding modul konsumen seperti DDR4 dan DDR5.
Meski desakan boikot dari gamer cukup masif, para analis memandang aksi itu tidak akan memberi dampak signifikan terhadap pasar. Sebagian besar permintaan global RAM saat ini datang dari perusahaan teknologi dan penyedia layanan cloud, bukan dari pengguna rumahan. Fusion Worldwide dalam analisanya menyebut produsen memori memprioritaskan klien AI. Mereka melakukannya karena margin keuntungan serta volume pembelian jauh lebih besar dibanding pasar konsumen.
Bukan Faktor Tunggal
Krisis memori ini bukan terjadi karena satu faktor tunggal. Produksi chip memori sempat dikurangi setelah pandemi saat penjualan PC global menurun tajam. Ketika adopsi AI meningkat tiba-tiba dalam dua tahun terakhir, kapasitas manufaktur belum siap memenuhi lonjakan tersebut. Kombinasi penurunan produksi dan ledakan permintaan memicu kenaikan harga komponen memori secara global.
Di komunitas gamer, keresahan berlanjut karena peningkatan harga RAM memperbesar biaya perakitan PC. Sebagian pengguna berharap ada transparansi lebih dari produsen dan adanya langkah distribusi yang tetap memedulikan pasar konsumen.
Hingga saat ini, produsen RAM belum memberikan pernyataan resmi menanggapi seruan boikot dari komunitas gamer. Laporan analis menilai harga memori masih berpeluang meningkat selama pasar AI terus berkembang dan pasokan belum kembali normal.








