Kotabumi (Lampost.co) — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lampung Utara (Lampura) akan meninjau lokasi pemukiman yang mengeluhkan banyaknya lalat pada Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan.
.
Kadis DLH Lampura, Ina Sulistya Achyar menanggapi persoalan banyaknya lalat sekitar areal pengerukan sampah jalan KS Tubun daerah setempat. “Dalam waktu dekat DLH bersama lurah dan camat akan turun langsung. Guna memastikan keadaan masyarakat,” katanya, Rabu, 6 Maret 2024.
.
Apabila benar keluhan masyarakat, soalnya banyaknya lalat Ina berujar maka akan melakukan penyemprotan fogging. Dengan menggandeng Dinas Kesehatan Lampung Utara. “Kita meminta bantuan semprot fogging dengan cara berkoordinasi, bersama aparat kesehatan,” terangnya.
.
Pihaknya juga akan melakukan penimbunan terhadap sisa pengerukan. Serta rutin pengangkutan sampah pada TPS liar. Pihaknya juga mengajak masyarakat, unsur kecamatan dan kelurahan. Hal itu bertujuan untuk mengurangi aroma tidak sedap, serta menjaga pemandangan.
.
“Sehingga tidak menimbulkan aroma kurang sedap. Serta mengganggu pemandangan,” tambahnya.
.
Untuk itu, pihak DLH mengajak masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam mengatasi persoalan lingkungan. Khususnya berada pada wilayah sekitar pengerukan dan pengangkutan sampah KS Tubu Kotabumi, atau belakang Islamic Center.
.
“Untuk mengatasi masalah ini, perlu peran serta aktif masyarakat juga. Sebab, tanpa itu mustahil akan terwujud,” pungkasnya.
.
Sebelumnya, warga Tanjung Alam Permai, RT 014/ RW 005, Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan, Kabupaten Lampung Utara mengeluhkan banyak lalat berkeliaran sekitar rumahnya dalam satu pekan belakang.
.
Warga menduga kejadian itu berasal dari kandang ayam, yang beberapa saat lalu sedang panen. Namun, beberapa lainnya menilai berasal dari pengerukan sampah. Sebab, antara waktu panen dengan pengerukan sampah Jalan KS Tubun itu waktunya hampir bersamaan. Sehingga membuat masyarakat bingung.
.
“Itu mengganggu kenyamanan warga sekitar lingkungan tersebut. Kalau dahulu tidak separah ini. Pernah ada tapi tidak banyak. Kalau ini sudah cukup meresahkan,” ujar salah seorang warga Kavling Tanjung Alam Permai, Reni.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT