Bandar Lampung (Lampost.co) — Hujan es jatuh di wilayah Kecamatan Batu Ketulis, Lampung Barat, Selasa, 29 Oktober. Fenomena itu turut mengejutkan warga karena terjadi saat sebagian besar daerah tengah mengalami cuaca panas menyengat.
Mengutip dari instagram BMKG Lampung, peringatan dini cuaca ekstrem dikeluarkan 40 menit sebelum kejadian guna memberi waktu bagi warga untuk bisa melakukan antisipasi. Hujan es dengan angin kencang berkecepatan mencapai 37,44 km per jam berlangsung singkat.
BMKG Lampung turut memberikan analisisnya terhadap fenomena cuaca tersebut
Analisis Fenomena Hujan Es
Pertumbuhan Awan
Awan konvektif mulai terbentuk pada pukul 13.20 WIB. Dalam waktu kurang dari dua jam, awan berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya saat kejadian hujan es pada pukul 15.10 WIB.
Pertumbuhan awan yang cepat mengindikasikan adanya pembentukan awan cumulonimbus (Cb) yang kuat dengan dorongan kondisi atmosfer yang mendukung konveksi secara intens.
Awan Cb itu tumbuh dengan cepat pada pukul 15.30 WIB dan bergeser ke arah perbatasan Sumatra Selatan. Waktu kejadian hujan es ini pun sangat singkat, yaitu sekitar 20 menit (antara pukul 15.10 hingga 15.30 WIB).
Hal itu menunjukkan fenomena itu sebagai hasil dari ledakan konvektif intens dengan aktivitas presipitasi berangsur-angsur berkurang. Kondisi itu seiring pergerakan awan menjauh dari wilayah terdampak. Namun perlu menjadi perhatian tidak semua Cb menghasilkan hujan es.
Analisis Vertikal Radar
Analisis vertikal (V-cut) dari data radar menunjukkan distribusi nilai dBZ yang tinggi mencapai lebih dari 50 dBZ pada ketinggian 4 hingga 10 km di atas permukaan. Hal itu menandakan adanya kandungan butiran es dalam awan konvektif tersebut.
Reflektivitas tinggi tersebut mengindikasikan awan cumulonimbus dengan struktur vertikal kuat. Hal itu umumnya menghasilkan cuaca ekstrem salah satunya hujan es dan angin kencang.
Dalam kondisi itu, arus udara naik membawa partikel air ke lapisan atas yang dingin sehingga membeku menjadi es. Ketika butiran es yang besar terbentuk, gravitasi menyebabkan es jatuh ke permukaan sebagai hujan es.
Distribusi reflektivitas yang tinggi pada grafik mendukung analisis bahwa hujan es terjadi akibat aktivitas konvektif yang intens di wilayah tersebut. Jika menarik garis lurus lokasi kejadian berada pada jarak 100-120 km dari lokasi radar cuaca dengan ketinggian lebih dari 14 km.
Analisis Citra Radar
Grafik intensitas reflektivitas radar (dBZ) menggambarkan intensitas presipitasi di area terdampak hujan es Lampung Barat.
Secara umum, grafik memperlihatkan pola nilai dBZ yang rendah pada malam hari, tetapi meningkat tajam sekitar pukul 14.00 hingga 16.00 WIB dengan puncak mencapai sekitar 55 dBZ.
Nilai tinggi tersebut mengindikasikan adanya presipitasi kuat berupa hujan lebat atau hujan es. Sebab, intensitas dBZ yang mencapai level tinggi dalam waktu singkat. Setelah puncaknya, nilai dBZ menurun drastis dan menunjukkan presipitasi ekstrem berakhir dan aktivitas cuaca kembali mereda.
Analisis Citra Satelit
Grafik suhu puncak awan dari satelit Himawari menunjukkan suhu puncak awan yang sangat rendah, turun ke sekitar -50°C hingga -60°C antara pukul 14.00 hingga 15.00 WIB.
Suhu puncak awan yang rendah itu mengindikasikan adanya puncak awan yang tinggi dan biasanya berasal dari awan cumulonimbus. Hal itu kerap berkaitan dengan fenomena cuaca ekstrem, seperti hujan es.
Suhu yang sangat rendah itu mendukung adanya aktivitas konvektif yang kuat sesuai intensitas presipitasi yang terdeteksi radar. Setelah periode suhu rendah tersebut, suhu puncak awan kembali naik yang mengindikasikan berakhirnya aktivitas konvektif yang intens.
Analisis Kecepatan Angin
Kecepatan angin bervariasi dengan arah dominan dari barat hingga barat daya. Kecepatan angin tertinggi terdeteksi mencapai lebih dari 37,4 km per jam. Kemudian awan Cumulonimbus tidak hanya memicu terjadinya hujan es, tetapi juga menyebabkan angin kencang di sekitar lokasi kejadian.
Kecepatan angin itu mampu menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, seperti merusak tanaman kopi, menerbangkan objek ringan, dan mengganggu stabilitas kendaraan bermotor.
Terutama ketika angin bertiup dari dari sisi samping. Dampak dari angin kencang itu memperparah situasi cuaca ekstrem yang terjadi meski dengan waktu relatif singkat dan lokal.
Alasan Es dari Awan Cumulonimbus Tidak Mencair
Es dari awan cumulonimbus (Cb) tidak mencair saat mencapai permukaan karena beberapa alasan. Pertama, es terbentuk di ketinggian sangat tinggi dengan suhu ekstrem hingga -40°C sehingga menjadi padat dan besar.
Kedua, es jatuh dengan cepat sehingga hanya sedikit waktu bagi udara hangat di bawah untuk mencairkannya. Jika lapisan udara dekat permukaan cukup dingin, es tetap beku sampai turun ke tanah. Sebab, suhu permukaan di Lampung biasanya panas.
Apakah Hujan Es Pertanda Pancaroba?
Hujan es dapat menjadi salah satu tanda pancaroba, yaitu peralihan musim dari kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Pada masa pancaroba, suhu udara di permukaan sering kali lebih panas dari biasanya, sedangkan di lapisan atas atmosfer suhunya tetap dingin.
Kondisi itu menciptakan perbedaan suhu yang signifikan, memicu pembentukan awan konvektif kuat seperti cumulonimbus.
Arus udara naik yang intens membawa partikel air ke ketinggian yang lebih tinggi dari biasanya sehingga uap air membeku dan membentuk es. Saat butiran es jatuh ke permukaan sebagai hujan es, fenomena itu sering terjadi secara singkat dan lokal.
Meski hujan es lebih umum terjadi selama pancaroba, kehadirannya dipengaruhi kondisi atmosfer yang mendukung sehingga tidak selalu muncul setiap kali pergantian musim.
Mitigasi Masyarakat saat Hujan Es
Ketika hujan es terjadi, sangat penting untuk segera mengambil langkah mitigasi demi keselamatan diri dan lingkungan sekitar.
Langkah pertama adalah mencari perlindungan di dalam bangunan yang kokoh dan aman. Sebab, butiran es yang jatuh bisa melukai atau merusak properti jika ukurannya cukup besar.
Jauhi jendela atau area dengan atap kaca yang rentan pecah akibat hantaman es. Jika sedang berada di dalam kendaraan, tetap di dalam dan parkir di tempat aman, hindari di bawah pohon atau tiang yang mungkin tumbang.
Setelah hujan es mereda, cek kondisi sekitar untuk memastikan tidak ada kerusakan atau bahaya lanjutan, seperti cabang pohon yang patah atau kabel listrik yang putus.
Langkah-langkah itu dapat membantu meminimalisasi risiko cedera dan kerusakan saat terjadi cuaca ekstrem, seperti hujan es pada kemudian hari.