Bandar Lampung (Lampost.co) — Sejumlah pabrik tekstil di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, bangkrut secara masif. selain raksasa industri PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang terancam bangkrut, ada juga pabrik-pabrik tekstil berskala menengah.
Kondisi itu menjadi tantangan besar bagi industri tekstil yang selama itu memberikan banyak lapangan kerja bagi masyarakat lokal. Akibatnya, banyak pabrik terpaksa melakukan efisiensi dan merumahkan ribuan karyawan.
Pabrik Tekstil Terancam Bangkrut
Berikut ini daftar pabrik tekstil yang terancam bangkrut selain Sritex:
-
PT Dupantex
PT Dupantex di Pekalongan, Jawa Tengah, telah bangkrut. Pada Juni 2024, sekitar 700 karyawan yang terkena PHK menuntut pembayaran pesangon yang tertunda, termasuk THR Idulfitri 2024 yang belum terbayarkan. Penurunan keuangan PT Dupantex disinyalir akibat dampak pandemi Covid-19.
-
PT Alenatex
Berada di Jawa Barat, PT Alenatex menutup operasinya pada Agustus 2023. Penutupan itu berdampak pada 700 karyawan yang terkena PHK dan mengajukan tuntutan melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.
Permasalahan utama meliputi pembayaran upah 50% selama masa libur kerja dan pesangon sesuai Undang-Undang. Konflik global yang mengganggu pesanan produk menjadi penyebab utama krisis.
-
PT Kusumahadi Santosa
PT Kusumahadi Santosa di Karanganyar resmi menghentikan operasinya sejak April 2024. Sekitar 1.500 karyawan terpaksa dirumahkan karena kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan pascapandemi.
-
PT Pamor Spinning Mills
Pabrik di Karanganyar ini menghentikan kegiatan operasional pada Juni 2024 yang menyebabkan 700 karyawan terkena PHK. Sesuai UU Cipta Kerja, ratusan karyawan tersebut berhak mendapatkan pesangon.
-
PT Kusumaputera Santosa
PT Kusumaputera Santosa di Tegal, Jawa Tengah, yang bergerak di bidang produksi benang, juga mengalami kebangkrutan sehingga 400 karyawannya terkena PHK. Penyebabnya adalah rendahnya permintaan pasar domestik dan peningkatan minat konsumen pada produk impor.
-
PT Sai Apparel
PT Sai Apparel di Grobogan berdiri sejak 1998 dan pernah mencapai omset USD 90 juta. Namun, pada Juni 2024, perusahaan itu bangkrut setelah kontroversi video di TikTok tentang karyawan yang mempermasalahkan upah lembur yang belum terbayarkan. Meski begitu, pihak perusahaan membantah berita ini.
-
PT Sinar Pantja Djaja
PT Sinar Pantja Djaja di Semarang menjadi salah satu pabrik tekstil yang terimbas kebangkrutan pada 2024. Kemunduran Sritex turut mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan ini dan memperkuat dugaan industri tekstil Indonesia sedang mengalami krisis.
-
PT Bitratex Industries
PT Bitratex Industries merupakan anak perusahaan Sritex yang ikut terdampak akibat utang besar yang belum terselesaikan. Selain ratusan karyawan yang harus terkena PHK, perusahaan juga tercatat dalam gugatan PKPU di Pengadilan Negeri Semarang.
-
PT Djohartex
Bergerak di bidang produksi benang, PT Djohartex di Magelang turut mengalami dampak kebangkrutan Sritex. Setidaknya 200 karyawan di pabrik itu harus kehilangan pekerjaan akibat penutupan operasional.
Meski industri tekstil menghadapi krisis, sektor-sektor lain seperti FMCG (fast-moving consumer goods), jasa, dan pertambangan tetap menunjukkan stabilitas keuangan yang baik.
Jika ingin berinvestasi, perusahaan di sektor-sektor tersebut bisa menjadi pilihan yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.