Jakarta (Lampost.co) — Tren kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan pertumbuhan kuat sepanjang 2025. Data industri memperlihatkan peningkatan minat konsumen secara signifikan.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penerimaan kendaraan listrik mencapai 55.225 unit hingga September 2025. Angka itu mencerminkan ekspansi pasar yang agresif.
Pertumbuhan tersebut dipicu insentif fiskal, penurunan biaya operasional, dan meningkatnya pilihan model kendaraan listrik. Faktor harga masih memegang peran utama. Meski mencatat kinerja positif, laju pertumbuhan kendaraan listrik pada 2026 akan melambat. Sejumlah analis melihat perubahan struktur pasar.
Pakar otomotif ITB, Yannes Martinus Pasaribu, menilai tahun 2026 menjadi fase konsolidasi industri kendaraan listrik nasional. Produsen akan menghadapi tekanan adaptasi.
Pemerintah mulai mengurangi insentif fiskal berbasis impor. Kebijakan itu mendorong produsen beralih ke produksi lokal dan peningkatan TKDN. Kenaikan harga BEV berpotensi menahan pertumbuhan volume penjualan. Model CBU menghadapi tantangan terbesar.
Kelas menengah menjadi segmen paling sensitif terhadap kenaikan harga. Kondisi ekonomi makro yang belum stabil memperkuat risiko tersebut. Namun, perlambatan itu membuka ruang persaingan yang lebih sehat. Pasar akan mengutamakan kualitas produk dan komitmen jangka panjang.
Produsen yang menanamkan investasi lokal berpeluang memperluas pasar. BEV berharga terjangkau menjadi kunci daya saing. Sebaliknya, merek yang hanya mengandalkan impor berisiko kehilangan momentum. Konsumen mulai mempertimbangkan nilai jangka panjang.
Situasi itu juga membuka peluang bagi produsen Jepang. Segmen hybrid electric vehicle berpotensi tumbuh stabil. Produk hybrid menawarkan efisiensi bahan bakar tanpa ketergantungan penuh pada infrastruktur pengisian. Konsumen menilai opsi itu lebih aman.
Jaringan layanan purnajual yang luas meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merek Jepang. Persepsi risiko tetap rendah. Riset ID COMM menunjukkan pengguna mobil listrik masih dominasi kelompok berpendapatan tinggi. Mayoritas pemilik sudah memiliki mobil konvensional.
Alasan Membeli Kendaraan Listrik
Motivasi ekonomi menjadi alasan utama pembelian kendaraan listrik. Konsumen mengejar biaya operasional rendah dan insentif pajak. Kesadaran lingkungan belum menjadi faktor dominan dalam keputusan pembelian. Harga tetap menjadi penentu utama.
Harga mobil listrik saat itu berkisar antara Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar. Rentang harga itu membatasi penetrasi pasar massal. Mayoritas konsumen berasal dari usia 25 hingga 50 tahun dengan mobilitas tinggi. Segmen itu menjadi target utama produsen.
Ke depan, keberhasilan kendaraan listrik bergantung pada harga terjangkau dan infrastruktur pendukung. Konsolidasi industri menjadi kunci pertumbuhan berkelanjutan.








