Bandar Lampung (Lampost.co) — Tiga film Indonesia akan Korea Selatan buat ulang (remake) melalui kerja sama antara Imajinari dan Barunson E&A. Film tersebut meliputi Agak Laen, Agak Laen 2, dan Tinggal Meninggal. Proyek remake itu berdasarkan pengumuman Variety pada Selasa, 6 Mei 2025.
Barunson E&A sebagai studio di balik film pemenang Oscar Parasite. Studio itu resmi mengantongi hak produksi ulang internasional atas ketiga film milik Imajinari tersebut. Langkah itu menandai fokus Barunson dalam mengembangkan pasar Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Film Agak Laen yang rilis pada awal 2024 merupakan karya Muhadkly Acho dan mengadaptasi podcast komedi horor berjudul sama. Ceritanya mengisahkan empat sahabat yang membuka rumah hantu demi cuan, tapi justru menelan korban jiwa.
Film itu mencetak prestasi gemilang dengan meraih 9,1 juta lebih penonton dan menjadi film Indonesia terlaris kedua sepanjang masa. Kesuksesan itu membuat Imajinari menggarap Agak Laen 2 yang akan rilis akhir 2025. Muhadkly Acho kembali mengarahkan sekuel itu meski detail ceritanya masih rahasia.
Sementara Tinggal Meninggal mengangkat kisah pria kesepian bernama Gema yang nekat berbohong demi mendapat perhatian. Kebohongan itu membesar dan membuat hidupnya semakin kacau. Film itu garapan Kristo Immanuel dan akan tayang pada Agustus 2025.
Barunson menilai Imajinari punya kekuatan dalam menyampaikan cerita segar dan relevan yang menggugah emosi penonton. “Imajinari tahu cara meramu kisah cinta, keluarga, dan hubungan dengan sudut pandang baru,” ujar Yoonhee Choi, CEO Barunson E&A.
Film Indonesia Mendunia
Sementara Ernest Prakasa, pendiri Imajinari, menyambut kolaborasi itu dengan antusias. Ia percaya remake itu menjadi pintu bagi cerita lokal untuk menjangkau pasar global. “Kami senang bisa bekerja sama dengan Barunson dan menyebarkan IP kami ke seluruh dunia,” ujar Ernest.
Sebelum mengamankan lisensi tiga film itu, Barunson juga sempat terlibat dalam produksi film Indonesia seperti 13 Bombs, Respati, dan reboot Rangga & Cinta.
Kerja sama itu membuktikan konten Indonesia memiliki daya tarik tinggi dan potensi untuk mendunia lewat adaptasi lintas budaya.