Jakarta (Lampost.co) — Gitaris PADI, Piyu, kembali menyoroti ketidakadilan sistem royalti musik di Indonesia. Ia menilai banyak pencipta lagu masih hidup sulit, sedangkan lembaga pengelola royalti justru menikmati gaji tetap dari pemungutan dana.
“Ironis sekali. Pencipta lagu yang mencurahkan pikiran dan perasaan malah kesulitan. Tapi, orang lembaga bisa hidup nyaman dari royalti,” kata Piyu dalam diskusi musik, Senin (26/8/2025).
Sistem Royalti Tidak Adil
Piyu menyebut distribusi royalti yang berjalan saat ini tidak sepenuhnya berpihak pada pencipta lagu. Banyak musisi tidak menerima hak secara proporsional, meski Undang-Undang Hak Cipta seharusnya memberi kepastian hukum.
“Kalau bicara keadilan, dana yang terkumpul harus benar-benar sampai ke pencipta lagu. Jangan hanya lembaga yang menikmatinya,” ujarnya.
Sejumlah musisi era 90-an dan 2000-an juga pernah menyampaikan hal sama. Mereka merasa sistem pengelolaan royalti di Indonesia masih jauh dari kata transparan dan adil.
Harapan Piyu untuk Masa Depan Musisi
Meski kecewa, Piyu tetap berharap ada perubahan signifikan. Ia menekankan pentingnya reformasi tata kelola royalti agar musisi Indonesia bisa menikmati hasil karya mereka.
“Musik bukan sekadar hiburan, tapi karya intelektual. Jika pencipta terus hidup susah, sulit lahir karya besar dari generasi baru,” tegasnya.
Pernyataan Piyu memantik kembali diskusi publik mengenai sistem royalti musik. Transparansi, akuntabilitas, dan keberpihakan pada pencipta lagu sebagai kunci utama agar industri musik tumbuh sehat dan berkeadilan.