Bandar Lampung (Lampost.co)– Era Society 5.0 dalam ilmu teknologi seperti Artificial Intelligence atau AI membawa perubahan besar dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Konsep yang lahir di Jepang ini mengintegrasikan teknologi dengan kehidupan manusia untuk menjawab tantangan global, terutama dampak Revolusi Industri 4.0 yang mengurangi peran manusia.
Iskandar Zulkarnain, Ahli Pers Dewan Pers, menyebutkan bahwa Society 5.0 membuka peluang besar untuk memanfaatkan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI), dalam menciptakan proses pembelajaran atau pendidikan yang lebih efektif.
Baca juga: Utamakan Adab dan Hentikan Kriminalisasi Guru
Anggota Dewan Redaksi Media Group ini juga mengatakan teknologi dalam era ini memungkinkan pendidikan melampaui batas-batas ruang kelas fisik.
“Guru dan siswa kini dapat mengakses berbagai sumber belajar secara daring maupun luring, menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif. “AI memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih personal dengan menyesuaikan materi sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa,” jelas Iskandar saat di Sumut Inspiring Teacher 2024, Selasa, 19 November 2024.
AI lanjut Iskandar, memberikan banyak manfaat bagi guru. Penyusunan materi dan soal menjadi lebih cepat dan efisien, memungkinkan guru memiliki lebih banyak waktu untuk berfokus pada pengajaran.
Selain itu, AI dapat merekomendasikan metode pengajaran berbasis data, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dan terarah.
Bagi siswa, penggunaan AI menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik. Tutor virtual memungkinkan siswa mendapatkan bantuan kapan saja. Sementara materi yang telah ada penyesuaian dengan kemampuan individu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih giat.
Tantangan AI dalam Dunia Pendidikan
Namun, Iskandar mengingatkan bahwa pemanfaatan AI dalam pendidikan juga menghadirkan tantangan. Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi berisiko mengurangi kreativitas guru dan interaksi personal antara guru dan siswa.
“Konten yang dihasilkan AI tidak selalu akurat atau sesuai dengan kebutuhan pendidikan, sehingga tetap diperlukan peran guru sebagai pengendali utama,” terangnya.
Bagi siswa, dampak negatif seperti penurunan kemampuan berpikir kritis, berkurangnya interaksi sosial, dan potensi distraksi dari teknologi menjadi perhatian utama. Selain itu, isu etika terkait privasi data siswa juga perlu ditangani dengan serius.
Iskandar menegaskan bahwa adaptasi teknologi dalam pendidikan harus guru lakukan secara bijak. Guru harus dapat memposisikan AI dalam dunia pendidikan sebagai alat pendukung untuk memperkuat peran guru, bukan menggantikannya.
“Pendidikan harus tetap berpusat pada manusia, dengan teknologi sebagai pendukung utama. Era Society 5.0.adalah peluang, tetapi juga tantangan yang harus kita sikapi dengan hati-hati,” pungkasnya.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News