Jakarta (Lampost.co) — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Israel sengaja menggunakan konflik regional sebagai dalih untuk membenarkan meningkatnya pendudukan dan perluasan wilayah mereka.
“Seperti di awal abad lalu, rencana licik untuk menggambar batas wilayah kita dengan darah telah dipraktikkan,” kata Erdogan, dikutip Senin (7/10), merujuk pada rencana imperialis pada akhir Perang Dunia I.
Menurut dia, Israel hanya memanfaatkan konfliknya dengan kelompok Hamas Palestina, kelompok Libanon Hizbullah, Yaman, Suriah, dan Iran sebagai alasan untuk membenarkan kejahatan mereka. “Pemerintah Israel muncul dengan pembenaran baru setiap hari untuk melegitimasi kebijakan pendudukan dan invasinya,” tutur Erdogan.
Baca juga: Genosida di Jalur Gaza Picu Perubahan Global, Dukungan untuk Palestina Melonjak
Sementara itu, masih menurut Erdogan, negara-negara Barat mengabaikan tindakan Israel karena rasa bersalah mereka atas peristiwa Holocaust.
Dia meminta para pendukung Israel untuk bertindak rasional dan berhenti mendukung kebijakan Tel Aviv. “Jika tidak, api yang di nyalakan oleh pemerintah Israel yang haus darah tidak hanya akan membakar wilayah ini dan orang-orang yang tinggal di sini, tetapi juga Anda,” tegas Erdogan.
364 Hari
Presiden Turki itu juga menggarisbawahi perlawanan Palestina terhadap perlakuan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 atau hampir setahun yang lalu.
Tidak ada kejahatan dan kebiadaban yang dapat mematahkan perlawanan rakyat Jalur Gaza, katanya. “Saudara-saudara kita di Jalur Gaza telah melawan penjajah Zionis dengan heroik selama 364 hari meskipun menghadapi segala kesulitan,” ujarnya.
Menegaskan kembali posisi Turki, Erdogan mengatakan Ankara akan teguh mendukung Jalur Gaza dengan segala cara yang bisa mereka lakukan.
Turki pun tidak pernah ragu mengatakan hal yang sama di pertemuan-pertemuan PBB. Seperti yang Turki sampaikannya kepada publik dalam negeri, kata dia.
Turki adalah satu-satunya negara yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Israel, katanya.
Erdogan mendesak dunia Islam untuk mengambil langkah-langkah ekonomi dan komersial untuk mencegah agresi Israel. “Itu lebih dari sekadar pilihan, melainkan kewajiban,” pungkas Erdogan.