New York (Lampost.co) — Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, kembali hadir di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York setelah hampir sepuluh tahun absen. Kehadirannya menjadi sorotan dunia, namun momen bersejarah itu sempat terganggu oleh insiden teknis.
Saat menyampaikan pernyataan dalam pertemuan tingkat tinggi yang membahas Palestina dan solusi dua negara, mikrofon Prabowo tiba-tiba mati. Kejadian itu terjadi tepat setelah ia menyampaikan kalimat, “Kami bersedia menyediakan pasukan perdamaian.”
Hal tersebut membuat suasana forum sempat hening beberapa saat. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI meluruskan isu terkait terputusnya mikrofon Presiden RI Prabowo. Hal itu bukan karena gangguan teknis, melainkan karena aturan prosedural mengenai batas waktu.
“Terdapat aturan prosedur bahwa setiap negara mendapat kesempatan 5 menit. Apabila pidato lebih dari lima menit maka mikrofon akan dimatikan,” jelas Direktur Informasi dan Media Kemlu RI, Hartyo Harkomoyo, Selasa, 23 September 2025.
Alokasi Waktu
Setiap forum PBB memiliki ketentuan masing-masing, termasuk soal alokasi waktu bagi setiap delegasi untuk menyampaikan pernyataan. Begitu waktu terlewati, suara Presiden Prabowo langsung terputus dan tidak lagi terdengar dalam siaran langsung SMU PBB yang dipantau masyarakat dunia.
Meski demikian, ia memastikan bahwa Presiden RI tetap bisa menyampaikan pesannya. “Meski mikrofon dimatikan, pidato Presiden Prabowo masih jelas terdengar oleh para delegasi di Aula Sidang Majelis Umum,” ungkap Hartyo.
Prabowo mendapat giliran berbicara di urutan kelima. Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berpidato di urutan kedua juga mengalami hal serupa, yakni mikrofon terputus karena melewati batas waktu yang tersedia.