AKSI terorisme yang belakangan muncul di Tanah Air, kembali mengganggu ketenteraman masyarakat. Kerukunan antarumat beragama yang selama ini terjalin harmonis kembali jadi taruhan.
Untuk dapat tetap menjaga situasi dan kondusivitas masyarakat, peran para tokoh lintas agama amat dibutuhkan. Sebab, tak ada satu pun agama yang sebetulnya membenarkan aksi para teroris tersebut.
Membahas situasi terkini kerukunan antarumat beragama di Bumi Ruwa Jurai, wartawan Lampung Post Nur Jannah berkesempatan mewawancarai Ketua Forum Komunikasi Antarumat Beragama (FKUB) Bandar Lampung M Afif Anshori di sela kegiatan diskusi menjaga kerukunan antarumat beragama yang dihadiri lima tokoh lintas agama di Bandar Lampung, Rabu (18/5). Berikut petikan wawancaranya.
Teror bom akhir-akhir ini cukup meresahkan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat Lampung. Bagaimana tanggapan Anda atas situasi ini serta upaya yang coba dilakukan FKUB untuk menjaga kekondusifan masyarakat Bandar Lampung yang plural?
Kami perlu kembali sampaikan bahwa teror bom tidak bisa mengatasnamakan agama. Sebab, dengan dalih apa pun tidak ada satu agama pun yang bisa membenarkan aksi tersebut. Oleh sebab itu, pelaku tindakan teror harus dihukum dan diproses sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk menjaga kondusivitas di tengah pluralisme masyarakat, kami para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat bekerja sama melawan terorisme dan tindakan radikal dengan melakukan deteksi dini kepada orang-orang yang dicurigai. Namun, hal itu harus tetap sesuai dengan norma-norma yang berlaku, seperti tidak boleh melakukan aksi sweeping dan persekusi. Pemprosesannya kami serahkan kepada pihak yang berwenang yakni aparat penegak hukum.
Apa kesepakatan antartokoh agama di dalam FKUB untuk menyikapi kondisi ini?
Kami sepakat untuk membina umat masing-masing untuk beragama yang benar dan tidak percaya kepada kelompok-kelompok tertentu. Teroris bisa muncul dari agama mana saja. Hal itu disebabkan pemahaman agama yang sempit, pemahaman yang salah dan ekstrem.
Apa upaya yang dilakukan oleh FKUB untuk menjaga pluralisme dan toleransi antarumat beragama?
Kami sampaikan kepada seluruh umat untuk terus menjaga toleransi dan kondusivitas di tengah masyarakat. Menjaga kondusivitas juga dilakukan dengan komunikasi intensif lintas agama dan menanamkan pemahaman toleransi sejak dini kepada anak-anak muda.
Bahkan kami mengadakan kegiatan bersama dengan melakukan outbound lintas agama. Ini dilakukan untuk memberi tahu dan menyampaikan kepada anak-anak muda bahwa mereka semua bersaudara.
Kita semua bukanlah lawan meskipun akidah agama dan cara beribadah berbeda-beda. Namun, harus saling bermitra tanpa saling curiga. Kami sepakat bahwa NKRI harga mati.
Apa tindakan preventif atau pencegahan yang coba dilakukan agar aksi teror ini tidak terulang?
Kami bersepakat mengimbau masyarakat untuk mewaspadai jika ada kelompok-kelompok kecil yang mengatasnamakan agama. Jika ada hal-hal yang demikian, segera melapor atau menginformasikan kepada pemerintah atau aparat.
Jika dulu kelompok-kelompok kecil ini sangat eksklusif, sekarang sudah mulai menampakkan diri. Mereka ingin menunjukkan mereka itu ada. Jika ada tindakan seperti itu sudah masuk ranah petugas, kita sebagai masyarakat diimbau untuk melakukan deteksi dini.
Selain itu, kami juga mengajak masyarakat untuk mewaspadai fenomena hoaks atau kabar bohong. Masyarakat jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas sumber dan asalnya. Harus cek dan ricek, tabayun.
Dari kegiatan diskusi tokoh lima agama, apa yang dihasilkan?
Kami sepakat untuk membuat grup WhatsApp lintas agama, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Adminbya dari Polresta Bandar Lampung, sebab semua nanti larinya ke mereka. Selain itu, kami juga sepakat untuk melakukan proses deradikalisasi dengan memberikan pemahaman tentang beragama yang benar. Kami juga membuat pernyataan sikap mengutuk keras aksi pengeboman oleh kelompok teroris di tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya.
Kami berharap masyarakat juga tidak ikut menyebarluaskan foto-foto ledakan bom maupun korbannya karena dapat menambah keresahan di masyarakat. Masyarakat harus lebih waspada. Disadari atau tidak, perilaku terorisme sebenarnya merupakan bentuk pemahaman keagamaan yang menyimpang, oleh karena itu kami berharap agar mereka segera bertobat dan kembali kepada ajaran agama yang sebenarnya.
Nur Jannah