Bandar Lampung (Lampost.co) – Sejumlah sekolah di Kota Bandar Lampung mengeluhkan mekanisme pembagian program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pihak sekolah merasa terbebani karena harus menyalurkan makanan tersebut langsung kepada siswa, sekaligus menanggung risiko jika ada peralatan yang hilang.
Seorang perwakilan sekolah yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pembagian MBG seharusnya menjadi tanggung jawab pihak pengelola, bukan guru. “Kami sudah lelah mengajar, lalu diminta lagi membagikan MBG kepada ratusan siswa. Mestinya pembagian dilakukan pengelola MBG, bukan guru,” ujarnya, Selasa, 16 September 2025.
Selain harus menyalurkan makanan ke kelas, guru juga diwajibkan mengumpulkan kembali wadah atau omprengan. Jika ada yang hilang, pihak sekolah diminta mengganti kerugian. “Kalau ada satu omprengan hilang, kami harus ganti Rp80 ribu. Bayangkan kalau hilang dua atau tiga dalam sebulan, itu cukup memberatkan,” paparnya.
Keluhan serupa disampaikan sekolah lain. Mereka menilai, tanggung jawab distribusi seharusnya dipegang pengelola MBG, apalagi pihak tersebut yang mendapat keuntungan dari program. “Setiap hari kami membagikan MBG ke siswa, padahal yang seharusnya menyalurkan adalah pengelola. Kami hanya ingin fokus mengajar,” ujar seorang perwakilan sekolah lainnya.
Meski demikian, para guru menegaskan tetap mendukung penuh program MBG yang digagas pemerintah pusat. Namun mereka berharap, mekanisme penyaluran ditinjau ulang agar tidak menambah beban sekolah. “Kami mendukung program ini karena bermanfaat bagi pelajar. Hanya saja, pembagian seharusnya bukan tugas sekolah,” tandasnya.