Bandar Lampung (Lampost.co) – Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, menyampaikan bahwa usaha singkong beserta produk turunannya memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi Lampung.
Menurutnya, sekitar 7–8 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung yang mencapai Rp480 triliun setiap tahun berasal dari sektor singkong dan turunannya.
“Mayoritas aktivitas ekonomi kita berasal dari industri singkong dan tapioka. Yang membanggakan, seluruh proses mulai dari petani, pelaku industri, hingga pengusaha dijalankan oleh masyarakat Lampung sendiri,” ujar Gubernur Mirza, Rabu, 21 Mei 2025.
Data Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Lampung mencatat produksi singkong tertinggi di Indonesia pada 2024, mencapai 7,9 juta ton atau lebih dari setengah produksi nasional.
Gubernur menekankan perlunya pembenahan sistem tata niaga serta penguatan posisi tawar Lampung di tingkat nasional agar sektor ini dapat berkembang berkelanjutan.
“Pengelolaan rantai pasok harus adil dan efisien. Kita perlu menyeimbangkan distribusi dan memperkuat posisi Lampung secara nasional supaya industri ini mendapat perhatian yang layak,” katanya.
Ia juga memberi apresiasi kepada para pengusaha tapioka yang berperan besar membuka lapangan kerja dan menjaga keberlangsungan industri pangan rakyat.
Gubernur mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari petani, akademisi, hingga pelaku usaha, untuk bersinergi memperkuat inovasi. Kemudian, meningkatkan kualitas produk, serta mengadopsi teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah industri.
Tantangan Utama
Sementara itu, Ketua PPTTI Lampung, Welly Sugiono, mengungkapkan bahwa tantangan utama sektor singkong saat ini adalah ancaman impor. Ia meminta regulasi yang adil agar industri lokal tetap bisa bersaing.
“Kami tidak menuntut larangan impor, tetapi pengaturan yang bijak agar industri dalam negeri bisa bertahan,” ujarnya.
Welly juga mendorong pemerintah pusat menetapkan standar harga tapioka nasional yang seragam. Dan menjadikan pelabuhan Lampung sebagai jalur utama distribusi produk impor.
“Pemerintah harus berpihak agar singkong Lampung dapat unggul dan petani merasakan manfaatnya,” tutupnya.








