Bandar Lampung (Lampost.co)– Kriminalisasi terhadap guru merupakan fenomena yang semakin meresahkan dalam dunia pendidikan.
Seiring dengan berkembangnya media sosial dan teknologi komunikasi, kasus-kasus yang melibatkan guru seringkali mendapatkan sorotan yang berlebihan, bahkan kadang berujung pada tindakan hukum.
Baca juga: Inilah Tiga Tantangan Besar Dunia Pendidikan Masa Kini
Meskipun tujuan dari pendidikan adalah untuk mendidik dan membimbing siswa, tidak sedikit guru yang terjebak dalam situasi sulit akibat tuduhan yang tidak selalu objektif, seperti tuduhan kekerasan atau perlakuan tidak pantas.
Hal ini mengundang perhatian terkait perlindungan hukum bagi para pendidik yang seharusnya diberi ruang untuk menjalankan tugasnya tanpa ketakutan akan kriminalisasi
Hal itu mendapat sorotan dari Budayawan Indonesia, Sudjiwo Tedjo dalam gelara Sumut Inspiring Teacher 2024, di Medan, Selasa, 19 November 2024.
Cerita Pemukulan dari Guru
Sudjiwo Tedjo bercerita semasa ia duduk di bangku sekolah. Ia kerap kali mendapat pemukulan bahkan mendapat tempeleng dari guru. Ia juga bercerita pernah mendapat pemukulan dengan mistar kayu oleh gurunya.
Meski ia sudah mengadu kepada orang tuanya akan perlakuan gurunya, Tedjo malah dimarahi kembali oleh orang tuanya.
“Karena prinsip orang tua dulu melihat anaknya mendapat tempeleng dari guru, malah orang tuanya semakin memarahi anaknya. Untung kamu mendapat tempeleng guru bukan orang lain. Kalau mendapat tempeleng guru atau orang tua daripada mendapat tempeleng masyarakat,” kenang Sudjiwo Tedjo.
Hal itu menjadi miris bagi Sudjiwo Tedjo, karena Indonesia saat ini tengah mempersiapkan generasi Indonesia Emas 2045.
“Nanti bukanya Indonesia emas. Kita gimana mau menyiapkan masa depan tergantung pada etika. Adab itu nomor satu dan nomor dua itu baru ilmu. Nah, kalau adab sudah enggak ada gimana kita? mau membayangkan akan guru sudah takut dengan murid,” tegasnya.
Ia meminta kepada para orang tua sebanyak apapun harta yang mereka miliki, jangan pernah untuk menyuruh guru menghampiri muridnya.
“Mau sekaya apapun kamu, kita enggak boleh menyuruh guru untuk datang ke rumah. Harusnya kita yang datangin guru karena kita butuh mereka, butuh ilmu mereka. Itu pelajaran kecil bernama etika,” pungkasnya.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News