Jakarta (Lampost.co): Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai mengaku bangga atas respons publik yang menanggapi pernyataannya meminta tambahan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk kementeriannya.
“Saya bangga hari ini karena saya mendapat serangan,” kata Pigai saat rapat di Komisi XIII DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/10).
Ia tak masalah dengan anggapan negatif. Pigai klaim pernyataannya justru tak jadi persoalan pegiat HAM.
“Jadi itu sebenarnya yang membuat saya mengeluarkan pernyataan yang beyond menggemparkan. Mungkin bagi orang menggemparkan sebenarnya bagi kami pembela hak hak asasi manusia hal yang biasa-biasa saja,” ujar dia.
Pigai mengatakan pernyataannya tersebut juga tak ada kritikan. Khususnya dari para kelompok masyarakat sipil.
“Mohon izin, satu civil society pembela HAM tidak memberikan kritikan, itu menunjukkan saya mengungkapkan perasaan yang paling dalam dari pembela kemanusiaan yang ada seantero negeri ini,” kata Pigai.
Di sisi lain, Komisioner Komnas HAM 2012-2017 itu memastikan ingin membuat terobosan lewat program-programnya yang berkaitan dengan HAM. Pigai menyampaikan hal itu di hadapan seluruh anggota Komisi XIII DPR.
“Saya mungkin membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar dengan melakukan terobosan-terobosan di luar bayangan semua orang. Di mana mengangkat hak asasi manusia,” ujar Pigai.
Ia menyatakan tidak memiliki program 100 hari. Tetapi memiliki program lima tahun sebagai kondisi darurat untuk membangun rakyat, bangsa, dan negara.
“Kami tidak punya program 100 hari. Kami punya program emergency condition (keadaan darurat) untuk membangun rakyat, bangsa, dan negara selama lima tahun kalau dipertahankan,” kata Pigai.