Jakarta (Lampost.co) — Pelatih Timnas Amerika Serikat, Mauricio Pochettino, menepis isu yang mengaitkannya dengan posisi manajer yang kosong di klubnya dahulu, Tottenham Hotspur. Sebelumnya Tottenham Hotspur memecat Ange Postecoglou dari kursi kepelatihan.
- Pelatih asal Argentina itu pernah menangani Tottenham selama lima tahun.
- Saat ini bukan waktu yang tepat untuk kembali ke klub lamanya itu.
- Tottenham sudah memecat Postecoglou sebagai pelatih.
“Sejak saya meninggalkan klub pada 2019, setiap kali saya sedang tidak melatih dan posisi manajer atau pelatih kepala di Tottenham kosong. Nama saya selalu muncul dalam daftar,” kata Pochettino mengutip dari Daily Mail, Minggu, 8 Juni 2025.
“Kalau kalian melihat rumor-rumornya, menurut saya ada 100 pelatih di daftar itu. Jadi, saya rasa tidak perlu khawatir soal itu,” ujarnya.
Baca Juga:
Tottenham Hotspur Pecat Pelatih Ange Postecoglou
Lima Tahun
Pelatih asal Argentina itu pernah menangani Tottenham selama lima tahun sejak 2014 dan membawa tim itu ke final Liga Champions. Meski demikian ia tidak pernah mempersembahkan trofi apapun untuk klub London Utara itu.
Pochettino memang pernah mengungkapkan bahwa ia masih memiliki rasa cinta terhadap Tottenham. Serta tidak pernah menutup kemungkinan untuk kembali melatih di sana suatu hari nanti.
Namun, ia menegaskan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk kembali ke klub lamanya itu.
“Kalau memang ada sesuatu yang terjadi, kalian pasti akan tahu. Tapi kita tidak bisa membicarakan hal semacam ini sekarang, karena menurut saya hari ini itu tidak nyata. Tidak realistis. Lihatlah saya sekarang, lihatlah posisi kami,” katanya saat AS kalah 1-2 dari Turki pada pertandingan persahabatan di Stadion Hartford, Connecticut.
“Jawabannya jelas, bukan? Tapi kita membicarakannya karena itu klub saya, seperti Newell’s Old Boys atau Espanyol,” tambahnya.
Tottenham memecat Postecoglou hanya 16 hari setelah mengakhiri puasa trofi Tottenham selama 17 tahun dengan menjuarai Liga Europa.
Manajer asal Australia itu membawa Tottenham menang 1-0 atas Manchester United (MU) di Bilbao. Hasil ini menandai keberhasilan Tottenham meraih trofi Eropa pertamanya itu dalam 41 tahun. Sekaligus mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan.
Namun mantan pelatih Celtic itu harus membayar mahal atas performa domestik Tottenham yang terburuk sejak mereka terdegradasi dari divisi teratas pada musim 1976–1977.