Bandar Lampung (Lampost.co) – Pengamat politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Ardli Johan Kusuma berpendapat. Sosialisasi dan pendekatan kepada para pemilih untuk menumbuhkan kesadaran politik perlu terlaksanakan, supaya tetap mau meluangkan waktu untuk ke TPS.
“Rencana terselenggarakannya (pemilihan suara ulang) atau PSU pada beberapa daerah sangat berpotensi menimbulkan kejenuhan para pemilih. Kemudian akan berdampak pada tingkat partisipasi masyarakat,” kata Ardli, Rabu, 5 Desember 2024.
Kemudian ia mengatakan. Dengan adanya kejenuhan para pemilih ini tentu akan menimbulkan tingkat partisipasi pemilih akan berkurang dan turun. Untuk itu, KPU sebagai penyelenggara pada pilkada serentak 2024 harus mensosialisasikan dan melakukan pendekatan kepada para pemilih. Supaya mereka mau meluangkan waktu ke tps.
“Harus ada upaya-upaya yang nyata misalnya memberikan sosialisasi dan pendekatan kepada para pemilih,” ujarnya.
Lalu ia menambahkan, penyelenggara juga harus bisa meyakinkan kepada pemilih. Bahwa partisipasi politik merupakan kebutuhan warga negara untuk kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Terutama kata Ardli bagi negara yang berpegang kepada demokrasi. Sehingga hak warga untuk menentukan pemimpinnya perlu terus terjaga.
“Ini harus menjadi nilai yang kita yakini bersama oleh masyarakat. Sehingga mereka akan berpartisipasi saat terselenggarakannya PSU nanti dan menggunakan hak suara mereka,” tuturnya.
Sebelumnya, Anggota KPU RI, Iffa Rosita mengungkapkan ada sekitar 456 tempat pemungutan suara (TPS) yang akan kembali melakukan pemungutan suara Pilkada serentak 2024.
Kemudian berdasarkan data KPU RI pada hari Senin, 2 Desember 2024, pukul 21.15 WIB. Sebanyak 146 TPS akan melakukan pemungutan suara ulang (PSU), 242 TPS pemungutan suara susulan (PSS) dan 68 TPS melakukan pemungutan suara lanjutan (PSL).
“Ini data terbaru (total 456 TPS),” kata Iffa.