Bandar Lampung (Lampost.co) — Kesadaran literasi dan inklusi keuangan kini mulai tumbuh di kalangan generasi muda di Bandar Lampung. Para pelajar dan mahasiswa mulai memandang uang saku bukan hanya sebatas uang jajan, tetapi sarana untuk belajar mengatur keuangan.
Seorang pelajar SMA, Salsabila Insera (15), menilai penting bagi anak muda untuk memahami cara mengatur keuangan sejak usia sekolah. Ia beranggapan, literasi keuangan bukan hanya soal uang, tetapi cara seseorang mampu mengelola pengeluaran dengan bijak.
“Setahu saya, literasi keuangan itu cara kita mengelola uang dengan baik. Sedangkan, inklusi keuangan itu akses ke layanan keuangan seperti bank atau dompet digital,” ujarnya, Rabu, 15 Oktober 2025.
Salsabila mengaku setiap bulan menerima uang saku Rp500 ribu dari orang tuanya. Dari jumlah tersebut, sebagian ia sisihkan untuk tabungan untuk kebutuhan mendadak.
“Biasanya saya nabung Rp200 ribu, sisanya Rp300 ribu buat jajan. Kalau ada keadaan darurat baru pakai uang tabungan itu,” kata dia.
Selain menabung, dia juga mulai memanfaatkan aplikasi keuangan digital seperti Dana dan Gopay untuk bertransaksi. Meski begitu, ia tetap berhati-hati dalam menjaga keamanan akun. “Saya percaya aman karena pakai sandi dan verifikasi,” tambahnya.
Sementara itu, pelajar SMP, Dina Ramadani (14), memiliki cara berbeda dalam mengatur keuangan. Ia masih mempercayakan pengelolaan uang saku kepada sang kakak agar lebih teratur dan terkendali.
“Uang saya kakak yang pegang, jadi lebih teratur. Kalau mau pakai tinggal minta,” kata dia.
Meski masih duduk di bangku sekolah menengah, Dina mengenal istilah keuangan dasar seperti tabungan, deposito, dan investasi. Ia mulai memahami perbedaan fungsi dan manfaat dari masing-masing produk keuangan itu.
“Kalau deposito kan simpannya di bank dan ada bunganya, sedangkan investasi itu menanam uang untuk dapat keuntungan,” jelasnya.
Belajar dari Medsos
Sementara di tingkat perguruan tinggi, mahasiswi STIAB Jinarakkhita Lampung, Viola (19), mengaku banyak belajar soal keuangan pribadi dari media sosial. Ia memanfaatkan konten edukatif di platform digital untuk memahami cara mengelola uang dengan efisien.
“Biasanya aku belajar dari TikTok atau internet karena penjelasannya ringkas dan gampang mengerti. Aku juga atur uang saku berdasarkan kebutuhan wajib dulu, kayak uang kas dan patungan,” ungkapnya.
Viola juga mengandalkan mobile banking untuk keperluan transaksi sehari-hari. Sebab, lebih praktis dan terhubung langsung dengan dompet digital. “Aku pastikan dulu aplikasinya resmi dan aktifkan fitur keamanan ganda biar lebih aman,” kata dia.
Senada, Nita Sofia Sari (22), mahasiswi asal Bandar Lampung yang kini bekerja sambil kuliah. Ia menyadari pentingnya memahami produk keuangan sejak mulai memiliki penghasilan sendiri.
“Literasi keuangan itu kemampuan memahami dan menerapkan keterampilan finansial seperti membuat anggaran, investasi, dan memahami produk keuangan. Saya sering ikut seminar atau baca artikel biar tambah paham,” ujarnya.
Nita memiliki kebiasaan mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui kondisi keuangannya secara berkala. Ia juga memanfaatkan layanan keuangan digital untuk transaksi harian.
“Saya selalu catat pengeluaran. Jadi saya tahu uang saya habis ke mana. Saya juga pakai BRI Mobile, Dana, dan Seabank untuk transaksi,” tuturnya.
Selain itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga keamanan digital dalam menggunakan aplikasi keuangan. “Gunakan kata sandi yang kuat dan berbeda di setiap akun. Jangan lupa diganti secara berkala,” pungkasnya.