Bandar Lampung (Lampost.co) — Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (Itera) mendorong adopsi luas prototipe Smart Aquaculture berbasis Internet of Things (IoT) yang mereka kembangkan. Inovasi ini mampu menjadi solusi nyata atas berbagai persoalan yang dihadapi para petambak udang, khususnya di wilayah Lampung dan sekitarnya.
Ketua tim pengembang, Aidil Afriansyah, menjelaskan bahwa riset pengembangan prototipe secara intensif selama tiga bulan sejak Agustus hingga Oktober 2025. Selama proses tersebut, tim melakukan survei lapangan, pengembangan sistem, instalasi perangkat, hingga uji coba di laboratorium dan lokasi tambak.
“Melalui riset ini, kami menemukan sejumlah persoalan mendasar yang selama ini dihadapi petambak. Mulai dari pemberian pakan manual yang tidak akurat, pemborosan, hingga masalah kualitas air tambak,” ujar Aidil, Kamis, 9 Oktober 2025.
Menurutnya, metode pemberian pakan manual yang bergantung pada tenaga kerja kerap menyebabkan ketidaktepatan dosis, meningkatkan sisa pakan yang menumpuk, dan akhirnya menaikkan kadar amonia yang berdampak buruk terhadap kualitas air. Selain itu, penggunaan kincir air tanpa pengendalian otomatis mengakibatkan pemborosan energi listrik yang cukup signifikan.
“Dengan teknologi ini, petambak bisa memantau dan mengontrol kondisi tambak dari mana saja. Inilah transformasi cara kerja yang dibutuhkan,” jelas Aidil.
Integrasi IoT
Prototipe Smart Aquaculture telah terintegrasi dengan App Smart Farm, yang memungkinkan monitoring dan kontrol tambak secara otomatis melalui smartphone. Petambak dapat mengakses data kualitas air, pengaturan pakan, dan sistem aerasi secara real-time.
Lebih dari sekadar otomatisasi, inovasi ini juga menekankan aspek keberlanjutan energi. Itera mengintegrasikan panel surya dan turbin angin ke dalam sistem untuk menyuplai kebutuhan listrik seluruh perangkat. Solusi ini mampu menurunkan ketergantungan pada listrik konvensional dan mengurangi biaya operasional, terutama di daerah yang belum terjangkau jaringan listrik stabil.
“Aspek keberlanjutan menjadi fokus kami. Energi terbarukan menjadikan sistem ini lebih ramah lingkungan dan hemat biaya,” tambahnya.
Aidil menegaskan bahwa inovasi ini mendukung program strategis pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi udang nasional. Ia berharap hasil riset ini tidak berhenti pada skala prototipe, tetapi penerapannya secara luas oleh masyarakat dan pelaku industri tambak.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sinergi antara akademisi dan masyarakat bisa menghasilkan solusi nyata yang berdampak langsung pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petambak,” pungkasnya.








