Jakarta (Lampost.co) — Pasukan Keamanan Israel (IDF) umumkan kematian Perdana Menteri (PM) Hamas di Perbatasan Gaza pada Kamis, 3 Oktober 2024. IDF mengatakan, PM telah tewas 3 bulan yang lalu.
IDF menyatakan angkatan udara mereka membunuh “3 teroris” dalam operasi militer gabungan IDF dan Otoritas Sekuritas Israel (ISA) di Gaza Utara di pusat komando mereka.
3 korban yang tewas adalah Sami Oudeh, Komandan Jenderal Keamanan Mekanisme Hamas, Same al-Siraj, yang disebut IDF menduduki beberapa posisi strategis di Biro Politik Hamas, dan Rawhi Mushtaha, kepala pemerintahan Hamas di Gaza.
Baca juga: Komandan Lapangan Hamas Tewas Dalam Serangan Israel di Lebanon
Berdasarkan IDF, Mushtaha adalah tangan kanan pemimpin Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar dan membentuk Pelayanan Keamanan Umum bersama dengan Hamas. Dia dulunya memimpin jalannya pemerintahan sipil untuk Hamas.
Selama perang berlangsung, IDF mengatakan Mushtaha mengatur bagaimana organisasi Islam tersebut memperlakukan tahanan mereka serta finansial organisasi di Utara Wadi Gaza.
“IDF akan terus mengejar semua teroris yang bertanggung jawab atas pembantaian 7 Oktober dan akan beroperasi melawan siapa pun yang mengancam Negara Israel,” tulis IDF di X, Rabu, 3 Oktober 2024.
Belum ada respons dari Hamas terkait pengumuman IDF.
Usir Keluarga Palestina
Sementara itu, pada Rabu, 2 Oktober 2024, malam, pasukan Israel mengusir 3 keluarga Palestina di dekat Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat, dan menjadikan rumah mereka barak militer.
Kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa salah seorang pemilik rumah, Yaser Yasin, 61, mengatakan tentara Israel menerobos masuk ke rumahnya, mengusir keluarganya, dan kemudian menjadikan rumahnya barak militer.
Insiden serupa terjadi di Desa Nazlet Zeid. Rumah dua lantai yang ditinggali keluarga Abdelsalam Zeid dan keluarga saudaranya, Mohammad, juga dijadikan barak militer. Hingga kini, militer Israel belum berkomentar tentang pengusiran tiga keluarga Palestina itu.
Insiden tersebut bukan yang pertama kalinya. Pasukan Israel kerap secara paksa mengubah rumah keluarga Palestina menjadi barak atau pos pengamatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel secara rutin melakukan penyerbuan di Tepi Barat. Frekuensinya kian meningkat sejak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober tahun lalu.