MALAM sebelum tidur, suami dan istri bercengkerama santai. Ceritanya ketika mereka habis mudik Lebaran ada saudara di kampung yang butuh bantuan. “Bun, Ayah mau bantu saudara di kampung, tapi gimana caranya, ya?”
“Bantu siapa, Yah?”
“Itu saudara di kampung. Sakit sudah tiga tahun berbaring di kamar tidur saja, kasihan. Waktu Lebaran kan kita sudah kunjungin rumahnya. Kira-kira, mereka ada yang punya ATM enggak, ya?”
“Oh, itu gampang kok. Kan sekarang ada transaksi tanpa kartu. Simpel banget, caranya donwload aplikasi di ponsel pintar,” kata Istri.
“Jadi, nolong sekarang makin mudah, ya. Ayok, Bun, siapin sedekahnya,” ajak Suami.
Istrinya lalu membuka ponsel, transaksi di mobile banking, ikuti menu transaksi tarik tunai, dan kita akan mendapatkan kode unik. Kode ini digunakan untuk mengambil uang di ATM tanpa menggunakan kartu.
Begitu gampangnya sedekah di zaman sekarang ini. Bahkan, ada yang lebih mudah lagi lewat scan barcode lewat aplikasi, lembaga amal bisa mendapatkan dana sedekah dari jemaahnya. Karena sedekah lebih mudah, tinggal kesadaran manusianya yang patut disadarkan untuk sedekah.
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu. Lalu, dia berkata (menyesali), “Ya, Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Al-Munafiqun: 10)
Ekonomi digital bahkan sedekah lewat digital menjadi peluang makin mudahnya arus transaksi. Dunia digital makin berkembang. Bahkan, Presiden Joko Widodo mengangkat inovasi ekonomi digital dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang.
Sebagai penikmat teknologi, Lampung yang akan mendapat bonus demografi yang diprediksi pada rentang 2020—2030. Tentunya ini menjadi peluang bagi dunia usaha, bahwa semakin banyak warga produktif, konsumsi digital makin besar.
Namun, ini perlu diperhatikan bersama bisa menjadi ancaman bila sumber daya manusia yang kurang pengetahuan. Apa jadinya bila lompatan jumlah penduduk produktif ini tanpa dibekali teknologi dan ilmu pengetahuan? Jangan sampai pemuda di Lampung hanya menjadi penikmat, menonton suksesnya orang lain di kampungnya sendiri.
Lampung punya semangat baru dengan hadirnya gubernur baru dan Indonesia punya presiden yang sudah ditetapkan pemenangnya.
Dian Wahyu Kusuma, Wartawan Lampung Pos