Bandar Lampung (Lampost.co) — Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan perkembangan inflasi dan Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu ketiga Desember 2025. Perkembangan ini sebagai bahan koordinasi pengendalian inflasi daerah menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2026.
Direktur Statistik Harga BPS, Windhiarso Ponco Adi, menjelaskan bahwa secara historis tekanan inflasi pada Desember cenderung meningkat.
Hal ini sejalan dengan melonjaknya permintaan masyarakat menjelang hari besar keagamaan dan pergantian tahun.
Meski demikian, Windhiarso mencatat bahwa inflasi pada November 2025 mengalami perlambatan dari pada Oktober 2025.
Penurunan harga sejumlah komoditas utama seperti daging ayam ras, cabai merah, dan telur ayam ras menjadi faktor utama melandainya inflasi pada periode tersebut. Namun ia menegaskan potensi kenaikan inflasi tetap perlu diantisipasi.
“Dalam empat tahun terakhir, kelompok makanan, minuman, dan tembakau secara konsisten menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan Desember. Kemudian diikuti oleh kelompok transportasi,” kata Windhiarso.
Baca Juga:
Kemendagri Dorong Daerah Perkuat Pengendalian Inflasi 2025
Kenaikan IPH
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) hingga 19 Desember 2025, sebanyak 37 provinsi tercatat mengalami kenaikan IPH. Sementara hanya satu provinsi yang mencatatkan penurunan.
Secara nasional, komoditas yang dominan mendorong kenaikan IPH antara lain cabai rawit, daging ayam ras, cabai merah, dan bawang merah.
Sementara itu, di wilayah Pulau Sumatera, kenaikan IPH turut dipengaruhi oleh bencana yang terjadi di tiga provinsi.
Kenaikan IPH tertinggi tercatat di Kabupaten Nias Utara dengan lonjakan mencapai 13,04 persen. Adapun komoditas yang menjadi penyumbang utama kenaikan tersebut meliputi daging ayam ras, cabai merah, dan beras.
“BPS berharap ini menjadi perhatian pemerintah daerah dalam memperkuat langkah pengendalian inflasi, khususnya menjelang momentum Natal dan Tahun Baru,” jelasnya.








