Jakarta (Lampost.co) — Banjir dan tanah longsor di Tanzania telah menewaskan 155 orang. Sebanyak 236 orang juga mengalami luka-luka akibat bencana alam tersebut. Banjir itu akibat hujan lebat selama beberapa pekan.
Perdana Menteri Tanzania, Kassim Majaliwa, mengatakan banjir juga melumpuhkan beberapa daerah lantara jalan, jembatan dan jalur kereta mengalami kerusakan.
“Kondisi banjir yang diikuti longsor di berbagai wilayah telah menimbulkan kerusakan yang cukup parah,” kata Majaliwa, mengutip Mediaindonesia.com, Jumat, 25 April 2024.
Dia menyalahkan penggundulan hutan, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti pertanian tebang dan bakar, atas bencana besar yang terjadi saat ini.
Lebih dari 200 ribu orang dan 51 ribu rumah tangga terkena dampak bencana tersebut. Sekolah-sekolah dan berbagai fasilitas publik terpaksa tutup. Majaliwa memperingatkan masyarakat yang tinggal di dataran rendah untuk pindah ke dataran tinggi. Dia juga mendesak pejabat daerah memenuhi kebutuhan para pengungsi.
Tidak hanya di Tanzania, negara di Afrika Timur lain seperti Kenya dan Burundi juga mengalami bencana serupa. Di Kenya, sebanyak 35 orang tewas, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan berlanjutnya banjir di seluruh negeri.
Beberapa bagian di ibu kota Kenya, Nairobi, masih terendam banjir hingga Kamis, 25 April 2024.
Sebelumnya, sebanyak 47 orang tewas dan 85 lainnya luka-luka akibat tanah longsor akibat banjir di Tanzania. Hujan deras pada Sabtu, 2 Desember 2023 melanda kota Katesh, sekitar 300 kilometer utara ibu kota Dodoma.
“Hingga [Minggu] malam ini, jumlah korban tewas mencapai 47 orang dan 85 orang terluka,” kata Komisaris Regional di wilayah Manyara di Tanzania utara, Ratu Sendiga.
Ia memperingatkan jumlah korban jiwa kemungkinan akan meningkat. Banyak jalan di kawasan itu yang tertutup lumpur, air, serta pohon dan batu yang tumbang.