Jakarta (Lampost.co) – PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang terkenal sebagai salah satu raja tekstil Indonesia, kini mengalami status pailit akibat daftar beban utang yang menumpuk, terutama ke berbagai bank.
Keputusan pailit itu telah Pengadilan Negeri Niaga Semarang, tetapkan sehingga menjadi akhir dari masa sulit Sritex setelah beban utangnya terus menumpuk.
Menurut laporan keuangan perusahaan per Semester I 2024, yang rilis pada Senin, 28 Oktober 2024, total liabilitas Sritex mencapai USD 1,6 miliar atau setara Rp 25,12 triliun (dengan kurs Rp 15.700).
Kemudian, jumlah itu terdiri dari liabilitas jangka panjang USD 1,47 miliar dan liabilitas jangka pendek USD 131,42 juta. Selain itu, ekuitas Sritex juga mencatat defisiensi modal -USD 980,56 juta.
Selain itu, utang bank menjadi komponen terbesar dalam liabilitas jangka panjang Sritex, dengan total USD 809,99 juta atau sekitar Rp 12,72 triliun. Hingga 30 Juni 2024, tercatat ada 28 bank, baik dalam maupun luar negeri, yang menjadi kreditur jangka panjang Sritex.
Daftar kreditur itu mencakup bank-bank pelat merah hingga swasta yang menyediakan fasilitas pinjaman bagi perusahaan tekstil tersebut.
Dari total utang tersebut, PT Sri Rejeki Isman Tbk juga menghadapi tekanan finansial yang besar di tengah kondisi industri tekstil yang juga mengalami tantangan.
Selain itu, para nasabah dan investor terus mengikuti perkembangan mengenai proses pailit itu. Sebab, besarnya dampak terhadap industri tekstil dan juga sektor perbankan yang terlibat.
Sementara itu, salah satu bank dengan beban utang terbesar dari Sritex adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA), dengan total utang jangka panjang USD 71,30 juta atau sekitar Rp 1,11 triliun, serta utang jangka pendek USD 11,37 juta.
Rincian Utang Sritex
Berikut daftar lengkap utang bank jangka panjang Sritex per Juni 2024:
1. PT Bank Central Asia Tbk – USD 71.309.857
2. State Bank of India, Singapore Branch – USD 43.881.272
3. PT Bank QNB Indonesia Tbk – USD 36.939.779
4. Citibank N.A., Indonesia – USD 35.828.895
5. PT Bank Mizuho Indonesia – USD 33.709.712
6. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – USD 33.270.249
7. PT Bank Muamalat Indonesia – USD 25.450.735
8. PT Bank CIMB Niaga Tbk – USD 25.339.757
9. PT Bank Maybank Indonesia Tbk – USD 25.164.698
10. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – USD 24.802.906
11. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk – USD 23.807.151
12. Bank of China (Hong Kong) Limited – USD 21.775.703
13. PT Bank KEB Hana Indonesia – USD 21.531.858
14. Taipei Fubon Commercial Bank Co., Ltd. – USD 20.000.000
15. Woori Bank Singapore Branch – USD 19.870.570
16. Standard Chartered Bank – USD 19.570.364
17. PT Bank DBS Indonesia – USD 18.238.799
18. PT Bank Permata Tbk – USD 16.707.799
19. PT Bank China Construction Indonesia Tbk – USD 14.912.907
20. PT Bank DKI – USD 9.130.551
21. Bank Emirates NBD – USD 9.614.459
22. ICICI Bank Ltd., Singapore Branch – USD 6.959.350
23. PT Bank CTBC Indonesia – USD 6.950.110
24. Deutsche Bank AG – USD 6.821.159
25. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk – USD 4.970.990
26. PT Bank Danamon Indonesia Tbk – USD 4.519.552
27. PT Bank SBI Indonesia – USD 4.380.882
28. MUFG Bank, Ltd. – USD 23.777.384