Bandar Lampung (Lampost.co) — PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional (Divre) IV Tanjungkarang memperkuat strategi untuk menekan risiko kecelakaan di perlintasan kereta api (KA). Pasalnya, masih banyak perlintasan yang belum terfasilitasi penjagaan sehingga bisa membahayakan keselamatan pengguna jalan dan perjalanan kereta api.
Kepala Divre IV PT KAI Tanjungkarang, Mohamad Ramdany, menyebut dari total 226 perlintasan di wilayah Divre IV hanya 20 yang memiliki penjagaan resmi. Kondisi tersebut menuntut keterlibatan berbagai pihak agar keselamatan tetap terjaga.
“Masih banyak perlintasan yang belum terjaga. Butuh kolaborasi untuk menekan risiko kecelakaan,” ujar dia.
Untuk itu, pihaknya melakukan penutupan dan pembatasan terhadap sejumlah perlintasan sebidang sebagai langkah pencegahan. Kebijakan itu melalui koordinasi dengan pemerintah desa dan kelurahan untuk menekan potensi kecelakaan, khususnya di titik-titik rawan.
“Tahun ini kami melakukan penutupan atau pembatasan perlintasan sebidang agar perlintasan tetap aman. Kami berkoordinasi dengan kepala desa dan kelurahan hingga pemerintah daerah,” kata Ramdany.
Ia menambahkan, risiko kecelakaan kerap meningkat pada musim produksi kebun. Masyarakat yang melintasi jalur rel pada momen tersebut biasanya tidak berkoordinasi dengan stasiun sekitar. Kondisi itu bisa membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.
“Mereka tidak ada koordinasi dengan stasiun sehingga risiko kecelakaan menjadi tinggi,” kata dia.
Pihaknya pun menutup 28 perlintasan liar sepanjang 2025 sebagai bagian dari upaya peningkatan keselamatan. Selain itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan penjaga perlintasan.
Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat 41 titik Perlintasan dengan tingkat risiko tinggi yang mendapat penjagaan ekstra selama 24 jam mulai dari 18 Desember hingga 4 Januari.
Peningkatan penjagaan itu mengingat tingginya mobilitas masyarakat saat musim libur. Banyak pendatang yang belum mengenal kondisi lingkungan sekitar perlintasan sehingga memerlukan perhatian khusus.
Danantara juga meminta KAI untuk menjaga perlintasan sebidang. Namun, kebijakan tersebut masih menjadi tantangan karena membutuhkan dukungan anggaran dan mekanisme yang matang. “Anggarannya tidak sedikit dan kami masih merumuskan mekanismenya,” kata dia.








