Bandar Lampung (Lampost.co) — Kenakalan remaja menjadi salah satu gangguan keamanan pada Ramadan. Aksi perang sarung dan balapan liar membuat risau masyarakat.
Kriminolog dari Universitas Lampung, Teuku Fahmi, mengatakan fungsi pengawasan dari keluarga dan lingkungan. Hal itu penting agar gerak anak bisa lebih terkontrol untuk mencegah remaja terjerumus kepada kegiatan negatif.
“Keluarga adalah lingkungan paling dekat dan paham kepribadian anak. Untuk itu, jika pemberian batasan dan nilai-nilai moral dilakukan keluarga kepada anak, insyaAllah anak akan paham dan tahu batasan,” ujar Fahmi.
Dosen Sosiologi Fisip itu menilai lingkungan masyarakat juga tidak boleh abai terhadap gerak-gerik remaja, seperti hendak melakukan perang sarung.
Untuk itu, peran masyarakat mulai dari level individu, keluarga, RT/RW dan bhabinkamtibmas, harus menjadi pendeteksi dini guna mencegah aksi kenakalan remaja.
BACA JUGA: Kenakalan Remaja Menjadi Tanggung Jawab Bersama
“Kalau ada anak yang main petasan atau gaduh di lingkungan harus ditegur. Sehingga, tidak ada ruang bagi remaja untuk melakukan perang sarung,” kata dia.
Penyebab Kenakalan Remaja
Menurutnya, remaja yang melakukan tindak pidana atau aksi kejahatan masuk ke dalam perilaku delinkuensi atau konflik antara remaja dan masyarakat. Para pakar mengidentifikasi perilaku itu ke dalam beberapa faktor.
Pertama menekankan kepada motivasi remaja yang dasarnya atas kepentingan pribadi atau kelompok. Kemudian mencerminkan kehendak bebas atau free will.
Kedua, faktor biologis atau psikologis yang secara sederhana ketika ada naluri atau dorongan tertentu yang tidak terselesaikan di dalam jiwa akan melakukan pelanggaran.
Faktor ketiga dari penjelasan mengenai perspektif perkembangan sosial atau melibatkan proses sosial. Hal itu merujuk pada kondisi internal dan eksternal remaja yang melakukan delekuensi mengenai pengendalian diri yang rendah.
“Ini bisa karena beberapa faktor, seperti keluarga broken home, abai terhadap proses agama, masalah di sekolah, penggunaan narkoba, hingga keterlibatan anak-anak dalam geng,” ujar dia.
Dia menambahkan, usia remaja sebagai masa seseorang memiliki energi yang besar. Untuk itu, perlu ada wadah agar bisa menuangkan energi positif dan dengan dukungan regulasi yang kuat.
“Kita harus pastikan ada regulasi yang mengatur semuanya untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat,” kata dia.
Sementara, penyelesaian pada kasus kenakalan remaja itu bisa dengan pendekatan diversi atau pelanggaran di luar jalur hukum. Jika dalam penyidikan tidak ada korban jiwa atau tindak pidana berat, maka upaya-upaya humanis masih yang utama.
“Penerapan Sistem Peradilan Pidana Anak, memang bukan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan permasalahan. Tapi, kalau ada jatuh korban luka-luka atau jiwa harus ada pendekatan lain. Sanksi-sanksi itu menjadi suatu keharusan dari pihak kepolisian,” kata dia.