Bandar Lampung (Lampost.co) — Pencairan tunjangan hari raya (THR) lebaran kerap membuat masyarakat gelap mata. Dana yang ada kerap langsung habis untuk berbelanja.
Hal itu terlihat dari ramainya pusat-pusat perbelanjaan, baik pasar tradisional maupun modern dengan aktivitas jual beli.
Pengamat Kebijakan Publik Unila, Prof Marselina, menyebut THR dari perusahaan kepada karyawan berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian masyarakat dan daerah.
Namun, seiring kegiatan ekonomi yang meningkat itu sebaiknya tidak terlalu berlebihan dalam mengeluarkan uang karena justru tidak baik.
Sebab, meski peredaran uang masyarakat saat ini sedang tinggi kondisi berbeda bisa terjadi setelah hari raya.
BACA JUGA: THR PNS hingga Guru Honor di Pesawaran Sudah Mulai Cair
“Karyawan selesai libur itu di tanggal tua, kalau habis-habisan di kampung, nanti mereka bengong. Maka perlu bijak dalam menggunakan uang,” ujar Marselina, kepada Lampost.co, Kamis, 4 April 2024.
Guru Besar bidang ekonomi publik itu menyarankan agar masyarakat dapat menerapkan skala prioritas dan bersikap bijak dalam mengelola keuangan.
Masyarakat harus dapat memilah dan memilih kebutuhan yang sangat penting hingga kurang penting. Sebab, kebutuhan jangka panjang setelah Idulfitri harus diperhatikan.
Supaya penggunaannya efektif, masyarakat perlu memilih skala prioritas mulai dari kebutuhan jangka panjang setelah lebaran. “Jangan suka jor-joran,” ujar dia.
Senada, pengamat ekonomi lainnya, Nely Aida, mengatakan kondisi lapar saat bulan puasa menjadi pemicu untuk mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan dari hari biasa.
Kondisi itu yang akhirnya menyebabkan permintaan lebih besar dari penawaran sehingga menaikkan harga, terutama produk makanan.
Sementara, pola konsumsi masyarakat menjelang Idulfitri tidak hanya pada produk makanan. Namun, turut menaikkan permintaan produk pakaian.
“Ini memang biasa terjadi setiap tahunnya dan berdampak positif dalam meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB),” kata dia.