Bandar Lampung (Lampost.co) – Kenaikan harga telur ayam di pasaran belakangan ini disebut terjadi karena meningkatnya permintaan, salah satunya akibat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) Lampung, Ir. Jenny Soelistiani, menjelaskan bahwa program MBG berjalan cukup baik sehingga penyerapan telur di pasaran meningkat signifikan. “Karena MBG berjalan baik, penyerapan telur meningkat, sehingga harga telur naik,” ujar Jenny, Senin, 20 Oktober 2025.
Meski harga mengalami kenaikan, Jenny memastikan para peternak di Lampung berupaya menjaga kestabilan harga agar tetap sesuai dengan Average Harga Pasar (AHP) yang berlaku. “Asosiasi peternak di Lampung berusaha menjaga harga agar tetap sesuai dengan AHP yang ditetapkan,” katanya.
Ia menyebutkan, saat ini harga telur di tingkat peternak berada di kisaran Rp25.500 per kilogram, sementara harga di pasar konsumen berkisar antara Rp27.000 hingga Rp30.000 per kilogram.
Selain meningkatnya permintaan, faktor lain yang turut mendorong kenaikan harga telur adalah naiknya biaya pakan ternak seperti jagung dan katul. “Bulan-bulan seperti ini harga pakan naik. Walaupun ada jagung PSHP dari pemerintah, harga jagung dan katul tetap tinggi, sehingga biaya produksi peternak ikut naik,” jelasnya.
Kendati demikian, Jenny menegaskan bahwa pasokan telur di Provinsi Lampung dalam kondisi aman. Bahkan, produksi daerah ini masih mampu menyuplai kebutuhan ke luar daerah. “Lampung masih aman, bahkan surplus sekitar 100 ton per hari untuk suplai ke Jakarta,” tandasnya.








