
Abdul Syukur
Dosen dan Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung
Tradisi Belangikhan: masyarakat Lampung muda-mudi sedang mandi sebagai prosesi Bilangiran
Tradisi Belangiran (dalam Bahasa Lampung ditulis Belangikhan) adalah tradisi mandi suci masyarakat Lampung menjelang bulan Ramadan. Ada yang menulisnya dengan kata Belangikhan (Bahasa Lampung: Belangikhan), ada juga yang menulis Belangiran (Belangikhan). Dalam tulisan ini menggunakan kata Belangiran ialah kebiasaan atau adat masyarakat Lampung melakukan mandi di sungai menjelang datangnya bulna suci Ramadhan. Dapat dipahami bahwa tradisi Belangiran mengandung makna mandi suci di sungai untuk mensucikan diri menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi Belangiran ini merupakan warisan budaya leluhur yang dilestarikan oleh masyarakat Islam Lampung.
MAKNA DAN TUJUAN TRADISI BELANGIKHAN
Tradisi Belangikhan berarti membersihkan hati dari segala sifat buruk, sombong, iri, dengki, dengki, hasud, dendam, sombong, angkuh, dan jenis penyakit lainnya yang merupakan kotoran hati supaya dibersihakn menjadi hati yang suci melahirkan ikhlas, sabar, santun, tawakkal, ikhlas, dan sifat-sifat mulia lainnya yang merupakan refleksi hati yang suci. Sehingga hati yang kotor supaya kotoran hati dibuang jauh-jauh. Dengan cara mandi bersama untuk mensucikan hati menjadi suci dan bersih, yang disebut Belangiran.
Manusia harus kembali suci hatinya di saat menjalani puasa agar dalam menjalankan puasa penuh khusyuk dan karena Allah serta mengharap rahmat, maghfirah dan berkah Allah. Selain itu, tujuan melaksanakan tradisi Belangiran juga untuk melestarikan budaya Islami masyarakat Lampung agar tidak punah dan tidak tergerus oleh derasnya budaya global, budaya masyarakat milenial terutama perlu ditanamkan kepada generasi milenial, generasi Gen-Z dan generasi seterusnya. Bulan Ramadhan meruakan bulan suci sehingga untuk menyambut datangnya Ramadhan juga masyarakat melakukan mandi untuk mensucikan dirinya, dan dalam adat tradisi masyarakat Lampung dinamakan tradisi Belangiran.
Tradisi Belangiran ini, dalam analisis Sosiologi Dakwah bahwa agama Islam juga bersentuhan serta mampu mengadaptasi, mengakomodasi, dan berakulturasi dengan budaya dan tradisi masyarakat lokal, seperti tradisi masyarakat Lampung dengan melestarikan Tradisi Belangiran yang relijius Islami untuk menyambut datangnya Ramadhan, mensucikan diri, dan membuat khusyuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Oleh sebab itu, dengan gemar dan rasa riang gembira, masyarakat Lampung setiap jenjang datang bulan Ramadhan selalu menggelar tradisi Belangikhan yang dilakukan oleh masyarakat Islam Lampung setiap tahun jelang datangnya bulan Suci Ramadhan, termasuk Bulan Ramadhan Tahun 1446 H/2025 M.
Tradisi Belangikhan termasuk tradisi lokal yang relijius Islami yang selalu digelar oleh masyarakat Islam. Sebab dalam perspektif Sosiologi Dakwah bahwa gelaran tradisi keagamaan Islam mengandung syiar agama Islam atau bernuansa dakwah juga di mana berkumpul masyarakat Islam Lampung bersama tokoh agama dan tokoh adat Lampung menggelar tradisi Belangikhan dalam rangka menyambut datangnya Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan suci, maka masyarakat juga lebih dahulu mensucikan hati dan dirinya untuk menyambut Ramadhan bulan yang suci bagi masyarakat Islam yang akan mengamalkan ibadah puasa selama selama Ramadhan. Mandi suci untuk membersihkan diri, juga makan filosofisnya untuk membersihkan hati menjadi suci dan terhindar dari hati yang kotor seperti harus, iri dan dengki, rakus, sombong, tomak, bohong, benci, dendam, dan lainnya.
Tradisi Belangiran, ritual mandi suci yang menjadi warisan tradisi budaya masyarakat Lampung dari leluhur yang ada di daerah Lampung. Biasanya, ritual Belangiran akan dilaksanakan jelang memasuki bulan suci Ramadhan untuk menyambut datangnya Ramadhan dengan penuh riang gembira. Tradisi ini dibolehkan dalam pandangan Islam. Karena tradisi Belangiran bertujuan untuk mensucikan diri masyarakat Islam dengan penuh gembira dengan mandi di sungai sekaligus melestarikan tradisi reijius Islami. Dalam Hadits dinyatakan bahwa masyarakat Islam yang riang gembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, maka mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat kelak.
Biasanya, tradisi Belangiran dilakukan dengan cara mandi di sungai secara bersama-sama. Mandi yang dimaksud bukanlah mandi seperti pada umumnya melainkan mandi yang disyaratkan dengan beberapa peralatan ritual yakni air langir, bunga tujuh rupa, setanggi serta daun pandan. Ritual mandi suci atau mandi tobat ini sebagai bekal memasuki bulan suci Ramadhan agar tidak mengotori bulan yang penuh dengan kesucian dan keberkahan sehingga diharapkan dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan khusyuk.
TATA CARA PROSESI TRADISI BELANGIRAN
Sebelum melakukan prosesi tradisi Belangiran, lebih dahulu masyarakat yang akan melakukan ritual keagamaan Islam ini lebih dahulu melakukan persiapan yaitu perlengkapan tradisi Belangiran. Perlengkapan tradisi Belangiran meliputi:
- Air Langir, yaitu air yang diambil dari tujuh sungai berbeda
- Bunga tujuh rupa
- Daun pandan
- Setanggi
Masing-masing bahan perlengkapan itu, dalam perspektif Budaya Lampung memiliki makna filosofisnya karena bahan-bahan perlengkapan itu digunakan dalam prosesi tradisi Belangiran bagi masyarakat Lampung.
TATACARA PROSESI TRADISI BELANGIRAN
Tatacara melaksanakan tradisi Belangiran bagi masyarakat Islam Lampung yaitu:
- Air langir, air ini dikumpulkan dalam satu lokasi dan diletakkan di dalam konde (kendi) pada siang hari oleh para mekhanai (kerabat, sanak keluarga).
- Air langir diambil dua hari sebelum prosesi dilaksanakan.
- Setiap keluarga yang akan mengikuti prosesi akan mendapat satu gayung air langir
- Mandi di sungai secara bersama-sama di tempat pemandian yang terbuka, seperti sungai.
Dengan demikian, prosesi tradisi masyarakat Lampung menggelar tradisi Belangiran merupakan tradisi adat madyarajat Islam Lampung dalam rangka menyucikan diri dengan mandi bersama di sungai sebelum menyambut Bulan Suci Ramadan. Tradisi yang unik ini biasa dilakukan oleh masyarakat Islam Lampung, karena tradisi ini mengandung makna filosofinya tentang penyucian diri untuk menyambut bulan Ramadhan, bulan yang suci bagi umat Islam dalam berpuasa Ramadhan.
Dapatkah dipahami bahwa perlu dikemukakan lagi, tradisi Belangiran merupakan tradisi adat Lampung dalam menyucikan diri dengan mandi bersama di sungai sebelum menyambut Bulan Suci Ramadan. Tradisi unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat Lampung ini mengandung filosofi tentang penyucian diri. Membersihkan diri dari segala macam kotoran baik jasmani maupun rohani, agar mampu menjalankan ibadah puasa dengan baik dan lancar.
Kegiatan tradisi Belangiran dimulai dengan ritual pembacaan doa dan memecahkan kendi berisi air dan kembang setaman. Dalam prosesi tradisi Belangiran, puluhan muli mekhanai duduk berbaris rapih kemudian secara simbolis disiram dengan air langir, tangkai padi, kembang setaman dan bakaran merang padi atau sekam.
Usai prosesi siraman, satu persatu muli mekhanai masuk ke dalam sungai untuk mandi bersama ke dalam sungai untuk mandi bersama dengan ria gembira sambil mengangkat atau menciprat-ciprat air.
Tradisi Belangiran ini adalah simbol untuk mensucikan hati, sebagai bekal memasuki bulan Suci Ramadhan sehingga dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan khusyuk, tiada aral dan rintangan. tradisi Belangiran merupakan ritual yang secara turun-temurun diwariskan oleh leluhur, dimana didalamnya mengandung makna yang sangat dalam dan merupakan pelajaran berharga bagi generasi penerus atau generasi muda (Muli Mekhanai).
Generasi muda, baik generasi milenial, generasi Gen-Z, bahkan Generasi Alpa, dan lainnya perlu diperkenalkan tentang tradisi Belangiran agar mereka melestarikan tradisi tersebut sehingga tidak punah dan tidak tergerus oleh tradisi dan budaya global, budaya kecanggihan teknologi yang sedang gandrung diberinama era 4.0 dan seterusnya.
Mlestarikan tradisi Belangiran begitu urgen untuk menandakan kedatangan bulan suci Ramadhan karena masyarakat Islam wajib menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Dengan menggelar tradisi Belangiran berarti mengingatkan masyarakat Lampung akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang lebih dahulu disambut dengan menggelar tradisi Belangiran.
Namun, dalam sejarah perjalanannya, tradisi Belangiran atau yang dalam bahasa Lampung dikenal tradisi Belangikhan telah dikemas secara modern disesuiakan dengan dinamika atau perkembangan budaya masyarakat global, khususnya di kalangan generasi muda Islam. Layaknya festival kebudayaan, Belangiran yang diadakan setiap tahun ini diikuti oleh sejumlah muda mudi Lampung yang bertujuan untuk menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik pengunjung. Dalam pelaksanaan tradisi ritual-keagamaan Belangiran, muda mudi (Muli Mekhanai) akan dimandikan terlebih dahulu di pinggir sungai oleh pemangku adat Lampung atau Pejabat setempat dengan menggunakan air langir yang dicampur bunga tujuh rupa serta daun panda yang digunakan dalam prosesi tradisi Belangiran bagi masyarakat Lampung.
Prosesi Belangiran yang Merupakan Tradisi Adat Masyarakat Lampung Jelang Bulan Ramadhan
Prosesi Belangiran dengan mencirikan mandi bersama di sungai, sesuai dengan namanya bahwa istilah Belangiran berasal dari kata langir berarti mandi. Istilah Belangiran sendiri berasal dari kata langir yang berarti mandi. Air langir merupakan air yang diambil dari tujuh sungai (mata air) yang berbeda. Namun, makna Belangiran adalah mensucikan diri dari dosa – dosa yang diakibatkan hati kotor sehingga muncul dengki, dendam, dan lainnya. Dan berharap, dengan melakukan prosesi tradisi Belangiran ini mereka dapat menjadi suci jasmani dan rohani sebelum memasuki bulan Ramadhan. Biasanya Belangiran ini dilakukan di sungai secara bersama – sama dilakukan pula oleh kamum muda-mudi masyarakat Lampung.
Dalam prosesi tradisi Belangiran, mereka memiliki tata tertib yang harus dilakukan, mulai dari ketua adat mengambil air bersih sampai pembacaan doa bersama. Peralatan yang digunakan pada saat prosesi Belangiran meliputi, buah kelapa yang dijadikan wadah minyak bercampur dengan daun pandan dan wewangian, wadah tempat air, serabut kelapa untuk membakar merang, air bersih, jeruk limau, bunga, air rajahan atau air yang telah dibacakan doa oleh ketua adat.
Dalam tradisi ini, muda mudi Muli Mekhanai akan dimandikan terlebih dahulu di pinggir sungai oleh pemangku adat Lampung atau Pejabat setempat dengan menggunakan air langir yang dicampur bunga tujuh rupa serta daun pandan.
Berikut prosesi pelaksanaan Belangiran yang pertama yaitu, para ketua adat mengambil air bersih yang telah dicampur wewangian dan dibacakan doa keselamatan. Kedua, pembakaran merang atau pembuatan minyak belangiran. Ketiga, merang yang telah dibakar dan menjadi abu di letakan dalam sebuah wadah dan dicampur dengan wewangian yang telah di doakan dan ditaburi bunga segar. Keempat, air Belangiran di usapkan ke bagian kepala dan kemudian di oleskan pada seluruh tubuh sambil membaca doa. Kelima, setelah selesai proses pembersihan dengan air belangiran lalu bilas dengan air bersih. Terakhir pembacaan doa dan niat untuk menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kita sambut Ramadhan 1446 H/2025 M dengan mempergiat gelaran tradisi Belangiran di daerah Lampung.
Hikmah dari menggelar tradisi Belangiran, selain untuk mensukina diri dan hati bagi yang akan menyambut datangnya buklan suci Ramadgan, juga untuk merekat persaudaraan, memelihara kerukunan serta menjaga persatuan dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Suasana persaudaraan dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan membuat masyarakt Lampung bergembira ria dan dalam pandangan Islam dianjurkan bahwa sambutlah datangnya bulan suci Ramadhan dengan penuh riang gembira dan persaudaraan sehingga mereka mendapatkan kebehagiaaan hidup di dunia dan akherat. Masyarakat yang menyambut dataangnya Ramadhan dengan ceria, bahagia, menjaga persaudaraan menandakan mereka semangat untuk melaksanakan ibadah puasa selama Ramadhan dan ibadah-ibadah yang mengiringi bulan Ramadhan seperti slahat taraweh, tadarus Al-Qur’an, memakmurkan masjid, bebagi takjil dan lainnya serta bergiat syiar Islam untuk meraup sebanyak pahala dan kebaikan.
Perlu dikemukakan di sini, bahwa tradisi Belangiran juga digelar meskipun pada masa Covid-19.
Pelaksanaan prosesi Belangikhan adalah tradisi menyucikan diri dengan mandi di sungai atau kali menyambut bulan Ramadan.
Tradisi itu digelar pada Kamis, 9 Maret lalu oleh Pemerintah Provinsi Lampung dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lampung Sai di kawasan wisata Boemi Kedaton Resort. Hingga tahun ini, 2025 tetap digelar tradisi Belangiran ini.
Menurut Mustakim, ritual Belangiran merupakan tradisi yang bertujuan menyucikan hati atau jiwa dan raga sebagai bekal memasuki bulan suci Ramadan agar tidak mengotori bulan yang penuh dengan kesucian dan keberkahan. Harapannya, masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan khusyuk. Mustakim mengatakan pada saat digelar tradisi ini. Kegiatan budaya atau tradisi Belangiran yang juga rangkaian Road K-Fest 2023,” kata Asisten III Bidang Adminitrasi Umum Pemprov Lampung Senen Mustakim.
Menurutnya, mandi dimaksud bukan mandi biasa pada umumnya, tetapi mandi yang disyaratkan dengan beberapa ritual yang digunakan pada saat prosesi Belangikhan berlangsung dilakaasanakan oleh masyarakat Lampung. Pada saat berlangsungnya tradisi Belangikhan ini, yaitu air langir, bunga tujuh rupa, daun pandan dan setanggi. Dan ini semua memiliki makna filosofisnya berkaitan dengan mandi suci sambut bulan Ramadhan.
Di sisi lain, tradisi Belangikhan ini juga diadakan untuk mempertahankan dan melestarikan budaya khas Lampung sekaligus sebagai wujud nyata dari implementasi budaya muakhi yaitu memelihara persaudaraan dari berkumpunya masyarakat Lampung di acara tradisi Belangikhan tersebut.
Pelaksanaan prosesi tradisi Belangiran juga menjadi daya Tarik yang dapat mengundang wisatawan dalam dan luar Lampung, bahkan luar negeri. Hal demikian tentunya harus terus disosialisasikan melalui berbagai saluran, misalnya event-event, ekspo, media sosial dan lainnya sehingga tradisi Belangiran lebih dikenal oleh masyarakat luar sekaligus mereka agar tertarik berkunjung ke daerah Lampung untuk menyaksikan dan menikmati prosesi tradisi Belangiran yang digelar sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Biasanya menggelar kegiatan tradisi Belangikhan juga dibersamai dengan kegiatan lainnya.
Bagi masyarakat Islam Lampung yang tinggal di Bandar Lampung juga selalu memeriahkan gelaran tradisi Belangikhan yang selalu mendaapat dukungan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung.Tradisi Belangikhan atau ritual pembersihan diri menjelang datangnya bulan suci Ramadhan yang biasanya dilakukan di Bandar Lampung ditiadakan pada tahun ini. Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Pemkot Bandar Lampung, Adiansyah mengatakan tradisi itu akan diganti dengan Festival Budaya Nyambai Bayu.Menurutnya, Belangiran ditiadakan sebab adanya pelantikan dan pembekalan pimpinan daerah seluruh Indonesia termasuk di Bandar Lampung.
Semoga dengan selalu menggelar tradisi keagamaan khas masyarakat Lampung yang diberi nama tradisi Belangikhan membawa semangat masyarakat Islam Lampung, termasuk generasi muda, geberasi milenial dan generasi muda lainnya dari kelompom Gen-Z, Gen-Alpa terus bersama-sama generasi tua bahu-membahu untuk melestarikan tradisi Belangiran dalam rangka menyambut dataangnya bulan suci Ramadhan yang dkisambut orang yang sudah suci hati dan badannya serta bebersih lingkungan rumah dan sekitarnya, hartanya dan paiaknnya, shingga kita akan melaksanakan ivadah puasa dengan ikhlas dan khusuk serta ibadah puasa dan ibadah yang mengiringi Ramadhan diterima oleh Allah Swt. Amin. ***